READY PLAYER ONE
Yah, kamu yang sedang baca tulisan ini, BERSIAPLAH! Kita akan pergi ke masa depan, sekaligus ke masa lampau. Bingung? Makanya BERSIAP! Pasang kacamata khusus itu, tunggu ia memeriksa retina mata anda, dan ucapkan kata sandi yang tepat, dan …
Identity verification successful
Welcome to the OASIS !
Login completed: 07:53:21 OST – 2.10.2045
Sekarang kita berada di tahun 2045, di mana gadget-gadget seperti Xbox dan PSP sudah menjadi koleksi museum. Pizza tetap ada karena fitur pemesanan secara online. Demikian pula dengan mobil trailer, karena keterbatasan lahan pemukiman trailer-trailer itu malah disusun secara bertingkat dengan kerangka scaffolding biasa. Tebak, di mana kita bisa buang air besar?
Ups, hampir lupa. Sekarang kita sudah masuk ke dalam console OASIS atau Ontologically Anthropocentric Sensory Immersive Simulation. Nama yang sulit dihafal sepertinya, namun menurut saya itu hanya guyonan untuk memanjang-manjangkan nama OASIS. Mungkin James Halliday, pembuat game ini, berharap karyanya bisa menjadi oase bagi kehidupan yang kini (baca: tahun 2045) kering akan makna. Dan terbukti kini OASIS seperti menjadi kehidupan kedua (atau mungkin yang utama?) dari orang-orang di seluruh dunia. Mereka bisa bermain, sekolah, bertarung, hingga berkencan di dalamnya.
Lima tahun yang lalu, sang maestro pembuat OASIS wafat. Sayangnya (layaknya seorang geek), ia tidak mempunyai istri dan keturunan untuk mewarisi seluruh kekayaan hasil dari OASIS. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah quest yang hadiahnya adalah kepemilikan penuh atas OASIS. WOW ! Pemenangnya pasti langsung menjadi seorang bilyuner. Quest itu disebut Halliday’s Easter Egg.
Celakanya, ada sebuah perusahaan besar bernama IOI (Innovative Online Industries) yang berusaha menggunakan quest ini untuk mengambil alih OASIS. Mereka berniat menjadikan OASIS ini sebagai game berbayar yang hanya bisa dinikmati orang-orang kelas atas. Oleh karena itu, ‘pasukan’ mereka yang dijuluki Sixers, sangat dibenci oleh user-user lain.
Setelah lima tahun berselang sejak kematian James Halliday, tiba-tiba sebuah nama muncul di daftar High Score, yang artinya telah ada seseorang yang berhasil selangkah lebih dekat untuk menyelesaikan quest tersebut, ia bernama Parzival … oh iya, kemudian diikuti oleh Art3mis.
Parzival adalah nama samaran dari tokoh utama kita, Wade Watts, seorang yatim piatu yang hidup bersama tantenya yang pemarah, dan sering menyepi sendirian di sebuah van kosong untuk bermain OASIS. Seperti user lain, ia pun berusaha keras untuk menyelesaikan quest dengan mencari tahu semua kegemaran Halliday di masa remaja, yang merupakan clue dari quest tersebut. Di tengah perjuangan menyelesaikan quest, ia harus menghadapi pasukan IOI (np: tak hanya di dunia maya), juga perasaan cinta, takut, dendam, dan persahabatan.
Ready Player One adalah novel perdana dari Ernest Cline (yang dari tampilan luar benar-benar seperti Game Geek). Ia benar-benar membawa kita ke dalam dunia game, dan membuat kita kecanduan. Setiap bagian penuh twist-twist seru yang bisa mengubah perasaan kita menjadi antusias. Suasana game pun dibawa hingga ke percakapan, pernah ada bagian di mana Parzival melakukan pe-de-ka-te kepada Art3mis lewat fasilitas chat. Begitu lucu dan menggemaskan.
Ready Player One akan membawa kita bernostalgia ke era 80an dengan penyebutan game, film, music, dan trend-trend yang sedang naik daun waktu itu. Bagi yang lebih suka masa depan, novel ini juga menawarkan inovasi-inovasi menarik di bidang teknologi.
Just read it, and feel the adrenaline.
"Many would later liken the pairing of Morrow and Halliday to that of Jobs and Wozniak or Lennon and McCartney." (Ready Player One - Ernest Cline)
"Man, I’m such a motormouth! A jabberjaw. A flibbertigibbet." (Ready Player One - Ernest Cline)
Rate : 5/5