bukumoo123
- 01/02/2012 08:32 AM
#1261

Judul: Dunsa
Penulis: Vinca Callista
Penerbit: Atria
Tebal: 453 halaman
ISBN: 9789790244924
I always appreciate everyone who willing to write his/her own novel, because I know how hard it is to write down all your ideas in your head and spill it out to the world of words. But.... it's not something like this that I expected.
In short: novel ini melelahkan. Saya harus berjuang melawan diri saya sendiri untuk bisa membacanya hingga akhir. Jujur saja, awalnya saya terkesima dan salut kepada penulis, karena tampaknya beliau memiliki imajinasi liar dan punya keberanian untuk membuatnya dalam bentuk buku, lengkap dengan peta dan nama-nama tak lazimnya.
Tapi haruskah sedatar ini?
Saya ngga tahu ya apakah emang buku ini hanya ditujukan pada anak-anak remaja di bawah 15 tahun sehingga plotnya miskin gejolak, karakterisasi dangkal, serta konflik yang diselesaikan semudah membalik telapak tangan.
Saya pikir sih, sebenarnya ngga masalah juga apakah buku ini untuk remaja yang masih kecil-kecil itu, atau untuk pembaca dewasa (toh penggemar fantasi ngga berhenti pada range umur remaja saja..). Buktinya, saya masih bisa sangat menyukai Harry Potter, dimana dari anak kecil hingga orang tua pun ngga keberatan dengan logika yang ditawarkan di dalamnya. Tapi ngga adil kalau saya membandingkan buku ini dengan Harry Potter. Jelas standarnya beda jauh.
Saya cuma penasaran, memangnya mantra-mantra itu harus susah diucapkan yah? Sebenarnya sih, kagum juga si penulis mau bersusah payah untuk membuat mantra yang berupa kumpulan huruf konsonan in a row yang sepertinya perlu perjuangan keras buat ngucapin. Tapi, kalau ngucapinnya aja susah, gimana mau make waktu perang beneran? O.o
Quote:
Ekzh ierebu aziam admal-as ekzh
Gnugag nilapasa ugnepnaluc numeknak iskay nemnaipot urpraga ini anugrebkat hubuti kusam!
Gnugag nilapasa ugnepnaluc numeknak iskay nemnaipot urpraga ini anugrebkat hubuti kusam!
***
Ternyata, setelah mendapat bocoran dari teman, mantra ini adalah mantra pembalikan kata!
***
Yang bikin frustasi, selain kumpulan mantra yang susah (ditambah dengan ngga ada translate, atau seenggaknya makna dari bahasa dan mantra aneh itu..), adalah hal-hal sebagai berikut
[*]Ambil satu tokoh perempuan yang cantik luar biasa, suara emas, hati berlian, aksi jagoan, trus letakkan di sebelahnya tokoh pangeran tampan tiada tara dengan kuda putihnya, trus pasang satu pangeran sebagai putra mahkota yang ngga kalah cantik tampan nya. And WHOOOP! Jadilah love triangle. Dan romance nyaaaa... ngga ketulungan. Suasana romantis yang seharusnya mengundang "cieee..." malah mendapatkan "errrr,,,,,,,,,," dari saya.
[*]semua karakter di buku ini hampir ngga ada development. Kalau boleh dikatakan, hampir ngga ada effort dari karakter-karakter ini untuk mengembangkan diri. FLAT. Dan boleh dibilang, Merphilia Dunsa lah yang karakternya paling membingungkan. Masih mendingan si Ratu Veruna yang jelas-jelas dia jahat. Si Merphilia ini dari awal digambarkan pintar berkuda, pandai memanah, jagoan satu-satunya untuk membunuh Ratu Veruna. But guess what she's doing? Flirting sama Skandar. Main sindir-sindiran sama putri-putri yang lain. Merasa cemas dan minder, padahal detik berikutnya langsung tenang setelah di puk-puk sama Skandar. Oh well.
[*]menurut saya aneh sih kalau abis lari-lari kenceng dikejar Oro-roku trus kemudian balik ke istana, trus kemudian mengendarai kuda ke Tirai Banir yang mana saya bayangkan jauhnya seperti Pancoran-Bintaro (bukan curhat), pasti bakal capek banget. Tapi.......yah jagoan will be jagoan.. Merphilia masih sempet membasuh kaki Skandar (!!!), padahal daritadi belom istirahat sama sekali.
[*]Bagaimana bisa Merphilia berpikir untuk menyukai Skandar yang mana adalah saudara seayah (padahal belum lama dia menyindir putri-putri yang jahat dengan bilang,"Kalau kamu suka sama Skandar berarti kamu suka sama sepupumu sendiri dong??", helloooo...), dan ternyata di akhir cerita terungkap bahwa ternyata mereka berdua (merphilia dan skandar) bukanlah saudara seayah. (!!!!!!!!) Gampang sekali pemirsa!
[*]Saya rada ngga ngerti poin Pesta Menyambut Kedewasaan si Putri Ajmiree dimana dia diceritain gagal melakukan Ritual Kedewasaan (ritualnya itu memanah benda yang dilemparkan ke atas, kalau ngga salah). Toh, ngga berpengaruh apa-apa ke cerita.
[*]Benarkah kehidupan di sebuah kerajaan itu memang isinya hanya pesta, naik kuda, berleha-leha di taman dan kolam renang, merenung, berkeliling kerajaan, dan membaca buku di perpustakaan. Dan apakah sebuah stereotype jika seorang pangeran harus selalu menyukai berburu? Dan apakah stereotype juga kalau putri-putri dalam kekerabatan kebangsawanan itu selalu manja, sinis, berdandan tebal dan bodoh??
[*]Serangan Krakavez di udara seakan pointless. Buat apa mereka menyerang Sena Naraniscala? Tujuannya apa? Sekedar iseng? Karena secara aneh kemudian Krakavez ini ternyata diternakkan oleh Kilikayak dan menjadi tumpangan mereka selanjutnya (dan ternyata jinak-jinak aja tuh ditunggangin).
[*]Dialog-dialog yang kaku dan teksbook banget. Artinya, kalau diucapin beneran bakal terasa "Eh lu ngomong biasa aja dong jangan kaya pidato begitu". Oke-oke aja sih kalau konteksnya dalam lingkungan kerajaan. Tapi, masa percakapan biasa antara Merphilia dan Skandar atau bahkan dengan Bibi Bertin pun kaku banget??
Saya sangat ingin mendukung karya fantasi dalam negeri. Saya juga menghargai proses kreatif pembuatan Dunsa. Saya yakin ngga gampang membangun dunia fantasi yang lengkap dengan makhluk-makhluknya, mencari nama-nama yang bermakna, filosofi pembentukan negeri-negerinya, dan unsur nusantara yang penulis masukkan di dalamnya. Saya juga melihat dari Dunsa, bahwa ada kok potensi-potensi novel fantasi yang berasal dari kepala anak negeri.
Semoga di karya berikutnya, penulis bisa menghadirkan kisah yang jauh lebih dalam konfliknya, jauh lebih hebat fantasinya, tak hanya sekedar meletakkan monster-monster gunung dan di laut imajinasi, namun juga membangun jiwa di dalamnya.