alexa.v
- 08/02/2012 11:04 AM
#1301
SRC 2012
Bulan : Februari
ASAL USUL MANUSA DAN SEKS
Sebuah Sinopsis

Judul Buku: Eleven Minutes
Pengarang: Paulo Coelho
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 357 halaman
Harga : Rp. 55.000,-
Membaca buku ini sepertinya sedang membaca suatu asal usul: sebuah riwayat. Di dalamnya tidak saja ditemukan asal manusia, namun juga perilaku dan cara menikmati seks!
Coelho mendasarkan asal manusia pada pendapat Plato yang berpendapat bahwa pada awal penciptaan dahulu, laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang tergabung dalam satu tubuh: memiliki dua kepala yang dapat memandang ke dua sisi yang berbeda, memiliki dua alat kelamin, empat kaki, dan empat lengan.
Tapi kondisi tubuh manusia yang demikian membuat dewa Yunani cemburu. Empat lengan memungkinkan makhluk tersebut bekerja lebih keras. Dua wajah membuat makhluk tersebut lebih waspada. Empat kaki membuat makhuk ini dapat menempuh perjalanan tanpa lelah. Dan lebih membahayakan bagi dewa Yunani tersebut adalah dengan memiliki dua organ kelamin, memungkinkan makhluk tersebut dapat bereproduksi tanpa pasangan.
Maka Dewa Zeus, demikian nama dewa Yunani tersebut, mempunyai rencana untuk mengurangi kekuatan makhluk tersebut. Maka dengan cambukan kilat Sang Dewa memotong makhluk tersebut menjadi dua bagian. Maka terciptalah laki-laki dan perempuan. Di satu sisi, dengan menjadi duanya makhluk tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah populasi makhluk ini. Namun di sisi lain, proses yang dilakukan Sang Dewa itu melemahkan makhluk yang disebut manusia tersebut. Manusia menjadi lemah dan kacau karena mereka harus mencari sebagian dirinya yang hilang dan memeluknya. Dan pada saat mereka saling berpelukan maka kekuatan mereka pun akan pulih kembali. Perbuatan manusia yang saling memeluk dan menyatu kembali inilah yang kita sebut seks atau persetubuhan.
****
Tokoh utama dalam buku ini adalah Maria, seorang gadis dari Brazil yang tumbuh dengan angan-angan suatu saat nanti akan bertemu laki-laki idaman, menikah, punya anak, bahagia. Sebuah angan-angan standar. Memang. Lalu Maria sampai pada titik tidak yakin akan menemukan cinta sejati, meninggalkan kampung halamannya, pergi ke Swiss dan akhirnya menjadi pelacur.
Lantas apa yang membuat Coelho memberi judul “Sebelas Menit” untuk bukunya ini? Ada apa dengan sebelas menit? Sebelas menit adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persetubuhan. Sebelas menit adalah bagian dari yang Maria lakukan sebagai seorang pelacur di klub bernama Copacabana. Hidup Maria berputar di sekitar sebelas menit itu. Maria mencoba mengerti dan bertanya mengapa banyak orang menimbun hasrat dan energi, mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi sebelas menit yang kemudian hilang.
Maria berusaha keras untuk tidak jatuh cinta. Baginya, jatuh cinta berarti harus berhenti menjadi pelacur. Sebab dalam cinta ada hati yang turut bermain. Tapi toh pada akhirnya ia menyerah pada seorang pelukis bernama Ralf dan mencintainya. Namun berkat cinta terhadap Ralf membuat Maria mengerti bahwa untuk orang yang saling mencintai, tidak ada yang namanya sebelas menit. Bagi Maria, bercumbu tidak harus bersentuhan fisik. Maria sampai pada pengertian bahwa bercumbu adalah saling menyenangkan pasangan. "Orang yang benar-benar mencinta, sesungguhnya selalu bercumbu, meskipun secara badaniah mereka jauh dari kekasihnya. Manakala tubuh mereka menyatu, itu hanyalah pelampiasan dari cinta yang melimpah. Buat mereka, sebelas menit itu tak pernah ada, sebab tarian cinta mereka abadi”. Ujar Maria. Akankah maria meninggalkan Profesinya dan kembali ke tanah kelahirannya? Atau akan terus berpetualang dengan semua yang ada sekarang? Emm saya sarankan anda membacanya langsung.
Bagi orang yang saling jatuh cinta, esensi bercumbu adalah saling menyenangkan pasangannya. Di sana tidak ditemukan keharusan sentuhan fisikal. Cinta melampaui ketubuhan. Sehingga, bersama cinta, tidak ada lagi yang namanya sebelas menit. Bagi yang bercinta, keabadian cinta mewujud dalam tarian cinta.
Membaca karya-karya Paulo Coelho sepertinya selalu memerlukan perenungan. Penulis yang konsisten mendedah misteri kehidupan ini ternyata juga berani menulis topik tabu yang biasanya dihindari penikmat buku genre ini: persetubuhan. Penulis dalam kata pengantarnya juga mengakui, ini adalah karya yang sedikit berbeda. Dia tidak hanya ingin menulis apa yang pembaca ingin baca, tapi juga realitas yang ada di sekeliling kita.
Seperti buku-buku sebelumnya, buku ini juga merupakan cerita yang berdasarkan pada pencarian identitas yang mengantarkan para pembaca untuk lebih paham issu tentang seks (dalam prostitusi), seks yang sakral dan seks yang dilandasi cinta. Di dalam buku ini, Coelho tidak saja menggambarkan tentang cara berhubungan yang sangat sensual, namun juga melukiskan hubungan intim yang didasari dengan kekerasan dan dengan cara itu si tokoh utama menikmati seks. Orang mengenal mode ini sebagai masokisme. (saya sampai merinding dibuatnya).
Dengan membaca buku ini, sepertinya Coelho ingin mengajak kita untuk mendefinisikan ulang tentang keotentikan cinta, seks, dan persetubuhan.
Antara ketiganya semestinya memanglah saling menyebabakibatkan.
Namun dalam kehidupan sehari-sehari, bahkan dalam kehidupan rumah tangga sepasang suami istri, persetubuhan terjadi sering tanpa dilandasi oleh cinta dan seks.
Atau mungkin cinta terbangun tanpa mesti ada persetubuhan.
Karena toh pada akhirnya cinta, seks dan persetubuhan adalah persoalan persepsi dan perspektif. Tidak lebih dan tidak kurang!
Buku ini wajib dibaca untuk wanita dan laki laki dewasa, atau remaja yang ingin mengetahui asal usul manusia dan seks.
Akhirnya saya gak tanggung tanggung ngasih 5 dari 5 bintang yang saya punya.
Bulan : Februari
ASAL USUL MANUSA DAN SEKS
Sebuah Sinopsis

Judul Buku: Eleven Minutes
Pengarang: Paulo Coelho
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 357 halaman
Harga : Rp. 55.000,-
Membaca buku ini sepertinya sedang membaca suatu asal usul: sebuah riwayat. Di dalamnya tidak saja ditemukan asal manusia, namun juga perilaku dan cara menikmati seks!
Coelho mendasarkan asal manusia pada pendapat Plato yang berpendapat bahwa pada awal penciptaan dahulu, laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang tergabung dalam satu tubuh: memiliki dua kepala yang dapat memandang ke dua sisi yang berbeda, memiliki dua alat kelamin, empat kaki, dan empat lengan.
Tapi kondisi tubuh manusia yang demikian membuat dewa Yunani cemburu. Empat lengan memungkinkan makhluk tersebut bekerja lebih keras. Dua wajah membuat makhluk tersebut lebih waspada. Empat kaki membuat makhuk ini dapat menempuh perjalanan tanpa lelah. Dan lebih membahayakan bagi dewa Yunani tersebut adalah dengan memiliki dua organ kelamin, memungkinkan makhluk tersebut dapat bereproduksi tanpa pasangan.
Maka Dewa Zeus, demikian nama dewa Yunani tersebut, mempunyai rencana untuk mengurangi kekuatan makhluk tersebut. Maka dengan cambukan kilat Sang Dewa memotong makhluk tersebut menjadi dua bagian. Maka terciptalah laki-laki dan perempuan. Di satu sisi, dengan menjadi duanya makhluk tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah populasi makhluk ini. Namun di sisi lain, proses yang dilakukan Sang Dewa itu melemahkan makhluk yang disebut manusia tersebut. Manusia menjadi lemah dan kacau karena mereka harus mencari sebagian dirinya yang hilang dan memeluknya. Dan pada saat mereka saling berpelukan maka kekuatan mereka pun akan pulih kembali. Perbuatan manusia yang saling memeluk dan menyatu kembali inilah yang kita sebut seks atau persetubuhan.
****
Tokoh utama dalam buku ini adalah Maria, seorang gadis dari Brazil yang tumbuh dengan angan-angan suatu saat nanti akan bertemu laki-laki idaman, menikah, punya anak, bahagia. Sebuah angan-angan standar. Memang. Lalu Maria sampai pada titik tidak yakin akan menemukan cinta sejati, meninggalkan kampung halamannya, pergi ke Swiss dan akhirnya menjadi pelacur.
Lantas apa yang membuat Coelho memberi judul “Sebelas Menit” untuk bukunya ini? Ada apa dengan sebelas menit? Sebelas menit adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persetubuhan. Sebelas menit adalah bagian dari yang Maria lakukan sebagai seorang pelacur di klub bernama Copacabana. Hidup Maria berputar di sekitar sebelas menit itu. Maria mencoba mengerti dan bertanya mengapa banyak orang menimbun hasrat dan energi, mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi sebelas menit yang kemudian hilang.
Maria berusaha keras untuk tidak jatuh cinta. Baginya, jatuh cinta berarti harus berhenti menjadi pelacur. Sebab dalam cinta ada hati yang turut bermain. Tapi toh pada akhirnya ia menyerah pada seorang pelukis bernama Ralf dan mencintainya. Namun berkat cinta terhadap Ralf membuat Maria mengerti bahwa untuk orang yang saling mencintai, tidak ada yang namanya sebelas menit. Bagi Maria, bercumbu tidak harus bersentuhan fisik. Maria sampai pada pengertian bahwa bercumbu adalah saling menyenangkan pasangan. "Orang yang benar-benar mencinta, sesungguhnya selalu bercumbu, meskipun secara badaniah mereka jauh dari kekasihnya. Manakala tubuh mereka menyatu, itu hanyalah pelampiasan dari cinta yang melimpah. Buat mereka, sebelas menit itu tak pernah ada, sebab tarian cinta mereka abadi”. Ujar Maria. Akankah maria meninggalkan Profesinya dan kembali ke tanah kelahirannya? Atau akan terus berpetualang dengan semua yang ada sekarang? Emm saya sarankan anda membacanya langsung.
Bagi orang yang saling jatuh cinta, esensi bercumbu adalah saling menyenangkan pasangannya. Di sana tidak ditemukan keharusan sentuhan fisikal. Cinta melampaui ketubuhan. Sehingga, bersama cinta, tidak ada lagi yang namanya sebelas menit. Bagi yang bercinta, keabadian cinta mewujud dalam tarian cinta.
Membaca karya-karya Paulo Coelho sepertinya selalu memerlukan perenungan. Penulis yang konsisten mendedah misteri kehidupan ini ternyata juga berani menulis topik tabu yang biasanya dihindari penikmat buku genre ini: persetubuhan. Penulis dalam kata pengantarnya juga mengakui, ini adalah karya yang sedikit berbeda. Dia tidak hanya ingin menulis apa yang pembaca ingin baca, tapi juga realitas yang ada di sekeliling kita.
Seperti buku-buku sebelumnya, buku ini juga merupakan cerita yang berdasarkan pada pencarian identitas yang mengantarkan para pembaca untuk lebih paham issu tentang seks (dalam prostitusi), seks yang sakral dan seks yang dilandasi cinta. Di dalam buku ini, Coelho tidak saja menggambarkan tentang cara berhubungan yang sangat sensual, namun juga melukiskan hubungan intim yang didasari dengan kekerasan dan dengan cara itu si tokoh utama menikmati seks. Orang mengenal mode ini sebagai masokisme. (saya sampai merinding dibuatnya).
Dengan membaca buku ini, sepertinya Coelho ingin mengajak kita untuk mendefinisikan ulang tentang keotentikan cinta, seks, dan persetubuhan.
Antara ketiganya semestinya memanglah saling menyebabakibatkan.
Namun dalam kehidupan sehari-sehari, bahkan dalam kehidupan rumah tangga sepasang suami istri, persetubuhan terjadi sering tanpa dilandasi oleh cinta dan seks.
Atau mungkin cinta terbangun tanpa mesti ada persetubuhan.
Karena toh pada akhirnya cinta, seks dan persetubuhan adalah persoalan persepsi dan perspektif. Tidak lebih dan tidak kurang!
Buku ini wajib dibaca untuk wanita dan laki laki dewasa, atau remaja yang ingin mengetahui asal usul manusia dan seks.
Akhirnya saya gak tanggung tanggung ngasih 5 dari 5 bintang yang saya punya.