Spoiler
for review
Quote:
Yuda, seorang pemanjat tebing dan petaruh yang membenci kota, sinis dan skeptis. Toh ia memiliki mimpi-mimpi intim dan ganjil yang membuat ia terobsesi pada sebuah bilangan bukan rasional bernama bilangan fu.
Parang Jati, seorang pemuda bermata bidadari berjari dua belas. Sejak pertemuan mereka, ia seolah memiliki misi untuk membuat Yuda berganti agama dari “pemanjat kotor” menjadi “pemanjat bersih”.
Persahabatan itu melibatkan mereka pada cinta segitiga dan petualangan yang menuntut pengorbanan. Di dalamnya, dengan latar pegunungan kapur di pantai Selatan Jawa, bilangan bukan rasional fu samar-samar menampakkan diri.
Pertama kali liat resensi buku ini di koran kompas, entah tahun kapan, sekitar 2008 mungkin, waktu itu lagi giat2nya ngisi TTS kompas

dan dulu cuma berpikir, sepertinya buku ini seru, tapi belum ada keinginan buat beli, masih picky waktu itu.
sekitar 2011, setelah bergabung dengan book review dan berkenalan dengan salah seorang seraper asal bandung, dan komankomen di trit SFTH-nya, akhirnya terpilihlah dapet hadiah pulsa 100ribu dari beliau, dan entah kenapa, waktu itu langsung aku tawar dengan buku Bilangan Fu ini, karena dari gembar-gembor beliau, buku ini wajib baca (iya..iya..aku tau aku konyol menukarkan pulsa 100rb dengan sebuah novel), dan sampailah buku ini sekitar bulan juli..
entah kenapa, walaupun udah lama ada, buku ini belum menggerakan hatiku buat membacanya, bahkan tidak untuk membuka segelnya, sampai akhirnya ada acara Bienale Sastra di Salihara, dan kebetulan ada mbak Ayu Utami disana, barulah buku ini kubuka plastiknya, ya, hanya sekedar untuk meminta tanda tangan beliau, dan akhirnya memang kesampaian, itu sekitar bulan Oktober, sempat foto bareng juga
tapi cuma itu, buku ini tetap aku simpan di rak, masih menolak untuk aku baca, entah kenapa...
bahkan sampai mbak Ayu jadi kontributor di forum buku, buku ini masih belum aku baca, sampai suatu saat, di bulan Februari, bakal ada acara launching bukunya mbak Ayu yang berjudul Cerita Cinta Enrico di acara the lounge kaskus, yang kebetulan bakal dihadiri oleh anak2 forum buku, maka bertekadlah aku untuk menyelesaikan buku ini, biar gak melongo tar pas acara, dan siapa tau ada kuis berhadiahnya, hahaha...
and the review is...
mengutip dulu kata2 dari Mbak Ayu Utami...
Quote:
Original Posted By
Ayu Utami ►@JasmineJava
Parasit Lajang kan esai-esai pendek. Temanya juga sederhana. Jadi, pasti gampang dibaca.
Bilangan Fu itu ibaratnya emang buat pelari half-marathon (22km), sementara Saman dan Manjali&Cakrabirawa buat pelari 3atau 5 kilometer. Parasit Lajang untuk 1 km.
Ibarat panjat tebing, Bilangan Fu buat grade 5.10, kalau Saman, Larung dan Manjali&Cakrabirawa ibarat mendaki gunung tanpa keterjalan.
Jadi, masing-masing buku punya derajat kesulitan dan tantangan. Karena manusia berbeda-beda. Bahkan satu manusia pun bisa berbeda dari waktu ke waktu... ya gak?
Yang ringan bisa indah. Tapi bukan berarti yang berat berarti jelek.
Yang berat bisa mantap. Tapi bukan berarti yang ringan tidak berisi.
Oya. Ex Parasit Lajang akan terbit tahun ini tapi bukan di awal. Di awal ada pendahuluannya, yang berjudul..... CERITA CINTA ENRICO.....
yang dibold : akhirnya aku ngerti kalimat ini, yup..bukunya kompleks, bahkan sangat kompleks, segala hal dibahas dan dijelaskan di buku ini, mulai dari TV yang isinya kuntilanak, kebudayaan sunda-jawa (hingga kenapa timbul mitos cewe jawa gak boleh nikah sama cowo sunda, which is gw banget), kerajaan-kerajaan jawa-sunda, sundel bolong, cerita2 politik, hingga urusan oksigen dan ozon
tapi apa sih sebenarnya bilangan fu??
- 1 : a = 1 x a = 1, a bukan 1; a = bilangan fu
- bilangan antara 0 dan 1
- "kembaran" bilangan hu (coba saja ucapkan bilangan fu dengan bibir monyong)
- dll. (BN soalnya

tokohnya yaitu Yuda, seorang pemanjat tebing yang tergila2 dengan taruhan, dan juga sex, yg sayangnya masih memanjat tebing dengan cara yang kotor, hingga akhirnya dia bertemu Parang Jati, yg gara2 taruhan pula, akhirnya Yuda mesti mengalah pada Parang Jati untuk merubah "agamanya" menjadi pemanjat bersih, dan kejadian ini juga yg membawa Yuda pada petualangannya dengan Jati dan Marja (pacarnya Yuda, partner in sex-nya Yuda, teman tapi mesranya Jati) di sebuah desa di pantai selatan yang masih percaya pada Nyi Roro Kidul, dan masih kental budaya kejawennya, mulai dari kebangkitan arwah dari kubur, hingga konflik antar agama & kepercayaan, bahkan konflik antar Polri dan TNI.
well, dengan kutipan2 berita yang dicuplik dari koran, hingga ilustrasi gambar yang sebenarnya kurang jelas juga (gak ada keterangan), serta segala masalah yg konmpleks, dan juga berbagai bidang yang seolah2 menyatu di buku ini, pembaca diajak untuk mengalihkan fokusnya di tiap bab, kadang2 bahas agama, lalu pindah bahas politik, dan sayangnya juga, perbedaan waktu di buku ini kurang jelas, hingga pembaca masih harus meraba2, sedang dimana dan sedang menjadi apakah dia.
satu lagi yang perlu ditekankan, buku ini sangat vulgar, banyak istilah2 mengenai seks dan kekelaminan yang diumbar di buku ini, meskipun bukan buku tentang sex sih, jadi buku ini khusus untuk dewasa ya, biar yang belum dewasa gak berfantasi yang macem2

. sebelnya, seolah2, kisah Yuda dan Jati aku kok nangkepnya kaya pasangan sejenis ya, walaupun memang itu mungkin ungkapan kasih sayang yang lain, tapi tetap aja agak aneh.
dan gw dapet buku ini, dengan adanya kira2 20 halaman dengan posisi terbalik, entah emang bagian dari buku atau gagal cetak
overall, buku ini emang keren, walaupun cuma sedikit yang saya mengerti (BN


, i'll give rate 4 of 5