Silakan, mbah
Mangga, kl ada pandangan tersendiri soal pewayangan bs di share di sini.

Silakan mbah
Itulah mbah kenyut yg kita kenal.
Mungkin demikian pandangan nyentrik mbah kenyut ttg jagat wayang.

Dari sudut itu beliau milih memandang
Hehehe

lanjut mbah buhitoz

Inginnya bgitu mbah
Tp apa daya
Skrg ol pake hp
Data ada di kompi

sabar dulu mbah...semoga kompienya lekas sembuh mbah

ada hal menarik dari obrolan warung kopi ala saya

ada yg berpendapat (mnurut saya sah2 saja)

2 tokoh yg pnya kedudukan sama yaitu Semar & Togog,
yg juga meupakan penjelmaan 2 adik kakak yaitu Sanghyang Ismaya (Semar) & Sanghyang Tejamaya (Togog)
kedua tokoh tsb sama2 kuwu, sama2 dewa

mnurut obrolan tsb, kedua tokoh tsb adalah perlambang dari pikiran kita
kuwu diartikan mengepalai (ada dikepala)
Semar diartikan jalan pikiran yg baik, sedangkan Togog sebaliknya
sedang yg menimbang (hati) adalah Sanghyang Manik Maya/Batara Guru
dan yg menentukan adalah kita sendiri sbg manifestasi Sanghyang Wisesa


unsur becandanya WAYANG itu ada yg menyingkat
Wanita Ayu Yang Aku Nikahi Galak
kurang lebihnya mohon maaf, cuma skedar obrolan warung kopi

Klo galak di ranjang sih gak apa2 ya

wakakaka...mgkn maksudnya itu kang

kamsudnya dikasur pake nyakar ama nggigit yah :matabelo

___________ :ngacir

wakakaka....mbah buto sukanya yg begitu

________________

Wayang Kampung sebelah (WKS).

http://wayangkampung.blogspot.com/

wes...ak popo...sing penting ojo jotos jotosan yo...

nyimak juga ah..bingung mau melihat dari sudut mana..

Jangan bingung, mbah
Ha ha ha

selain tontonan juga mengandung unsur tuntunan kehidupan,..

WAYANG BEBER





Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.

Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul

Gulungan wayang beber:

Pertunjukan wayang beber:



Pertujukan Wayang beber dari Youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=rJApAykWJxc

Trims, mbah abijoz

Sekitar abad XIII / XIV salah seorang raja Majapahit memberikan hadiah berupa wayang beber kepada Naladremo, karena berhasil menyembuhkan putri sang raja yang menderita sakit. Wayang beber ini berjumlah 6 lembar dan setiap lembar terdiri dari 4 adegan/pejagongan (bahasa Jawa).

Bahan dan alat yang digunakan untuk membuat wayang beber berupa sejenis kertas, warna dan alat yang dibuat secara tradisional serta penerapan teknik dan proses penciptaan dilakukan secara tradisional pula. Pewarnaan dilakukan sesuai karakter masing-masing bentuk pada setiap adegan yang digambar dalam wayang beber tersebut.

Pementasan wayang beber dilakukan kurang lebih satu setengah jam, dengan cara membentangkan/membeberkan wayang satu per satu dan menceritakan kisah yang terkandung dalam masing-masing adegan secara berurutan. Dari 24 adegan terdapat satu adegan yang tidak boleh dibuka yakni adegan yang ke 24.

Dalam wayang beber ini terkandung cerita tentang keadaan Kerajaan Kediri, yakni tentang kesedihan Raja Kediri yang ditinggal pergi putrinya (Dewi Sekartaji) dari kerajaan. Dalam perkembangannya temanya tidak hanya berkisar pada kerajaan saja tetapi juga bertemakan cerita  Mahabharata dan Ramayana.

Wayang beber yang mengambil cerita panji Joko Kembang Kuning saat ini dikenal sebagai Wayang Beber Gaya Pacitan.

Di samping Wayang Beber Gaya Pacitan, di Wonosari juga terdapat wayang beber yang mengambil cerita panji Remeng Mangunjoyo yang saat ini dikenal sebagai Wayang Beber Gaya Wonosari. Wayang Beber Wonosari nampak dinamis dan ekspresif, berbeda dengan Wayang Beber Gaya Pacitan yang cenderung lebih ornamentik.

Pada Wayang Beber Gaya Pacitan dan Wayang Beber Gaya Wonosari penciptanya tidak mencantumkan namanya ( anonim ) dan bersifat komunal ( menjadi milik bersama masyarakat Jawa pada masa itu ).

Untuk melestarikan wayang beber, pada tahun 1933 ( pada jaman pemerintahan Mangkunegara VII ) di Surakarta dilakukan pembuatan duplikat wayang beber untuk pertama kalinya oleh Den Widosupama.