لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
QS Al Ahzab 21 Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (keimanan kepada) Allah dan (beriman akan kedatangan) hari kiamat.
Quote:
لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik".
(Pangkal ayat 2l).
Memang ada orang yang bergoncang fikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafiq, tidak berani bertanggung jawab, bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh betapa besar jumlah musuh yang akan menyerbu.
Tetapi masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal. Sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah saw.
Mulai saja beliau menerima berita tentang maksud musuh yang besar bilangannya itu, beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan mati-matian, jangan sampai musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota. Karena jika maksud mereka menyerbu Madinah berhasil , hancurlah Islam dalam kandangnya sendiri.
Dia dengar nasehat dari Salman Al-Farisiy agar di tempat yang musuh bisa menerobos di dalam khandaq, atau parit pertahanan. Nasehat Salman itu segera beliau Iaksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggali parit bersama sama dengan shahabat-shahabat yang banyak itu.
Untuk menimbulkan kegembiraan bekerja siang dan malam menggali tanah, menghancurkan batu-batu yang membelintang, beliau turut memikul tanah galian dengan bahunya yang semampai.
Ketika tiba giliran perlu memikul, beliau pun turut memikul, sehingga tanah tanah
dan pasir telah mengalir bersama keringat beliau di atas rambut beliau yang tebal.
Semuanya itu dikerjakan oleh shahabat-shahabatnya dengan gembira dan bersemangat, sebab beliau sendiri kelihatan gembira dan bersemangat.
Sehingga bekerja, bergotong-royong, menggali tanah, menyekap pasir, memukul batu sambil bemyanyi gembira, dengan syair-syair gembira gubahan 'Abdullah bin Ruwahah, dengan bahar rajaz yang mudah dinyanyikan.
"Demi Allah, kalau bukan kehendak Allah, tidaklah kami dapat petunjuk;
Tidaklah kami berzakat, tidaklah kami sembahyang."
"Maka turunkanlah ketenteraman hati kepada kami,
Dan teguhkanlah kaki kami jika kami bertemu musuh. "
"Sesungguhnya mereka itu telah kejam kepada kami,
Kalau mereka mau berbuat ribut, kami tak mau. "
Syair-syair dalam timbangan bahar rajaz ini mudah dilagukan bersama-sama dengan gembira. Maka sambil mengangkat tanah, memikul batu, memecah batu besar dengan linggis, mereka nyanyikan bahar Rajaz gubahan 'Abdullah bin Ruwahah itu bersamar sama.
Sama keadaannya dengan kerja gotong-royong "ramba te rata, ho ho", atau seperti yang saya dengar di kampung saya waktu masa kecil jika orang menarik tanggak dari hutan bersama-sama bergotong royong:
Helang hantok,
Muntari bilang lalok,
Di buah pondok.
Tetapi bahar rajaz gubahan 'Abdullah bin Ruwahah, penyair muda dari Madinah ini, yang kemudian mencapai syahidnya dalam peperangan Tabuk bersama Ja'far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah adalah berisi rasa Iman yang mendalam.
Maka tiap-tiap tiba nyanyian di ujung syair, yaitu shallainaa pada bahar pertama dan Laaqaina dan Abainaa pada bahar kedua dan ketiga, Rasulullah pun turut mengangkat suara beliau dengan gembira , sehingga semua pun senang , lupa bagaimana beratnya pekerjaan dan bagaimana besarnya musuh yang dihadapi.
Maka janganlah kita samakan Rasulullah saw. yang memimpin penggalian parit khandaq itu dengan beliau-beliau orang-orang besar di zaman kini ketika meletakkan batu pertama hendak mendirikan gedung baru, atau menggunting pita ketika sebuah kantor akan dibuka, atau sembahyang ke masjid dengan upacara.
Beliau Rasulullah saw betul-betul memimpin.
Al-Barra' bin Al-'Azib berkata: "Tanah yang beliau angkat pun jatuh ke atas perut beliau dan lekat pada bulu dada dan perut. Karena bulu dada beliau tebal".
Setelah dikaji peperangan Khandaq ini secara ilmiyah, sebagai yang dilakukan oteh Jenderal Pensiun 'Abdullah Syist Khaththaab di Iraq, memang amat besar bahaya yang mengancam dalam Perang Khandaq itu.
Hari di musim dingin, persediaan makanan di Madinah berkurang-kurang. Kalau terbayang saja agak sedikit rasa kecemasan di wajah beliau, pastilah semangat para pejuang akan meluntur. Namun beliau bersikap seakan-akan bahaya itu kecil saja dan dapat diatasi dengan kegembiraan dan kesungguhan bekerja.
Disiplin keras tetapi penuh kasih sayang, meneladan shifat Allah 'Aziz yang disertai Hakiim. Perkasa disertai Bijaksana.
Dalam peperangan Khandaq itu semua bekerja keras siang malam.
Mulanya bekerja menggali parit, sesudah itu berjaga siang dan malam.
Besar dan kecil, tua dan muda. Kanak-kanak dan perempuan perempuan dipelihara dalam benteng (Athaam) dan dikawal. Zaid bin Tsabit, yang kemudian terkenal sebagai salah seorang yang dititahkan oleh Khalifah Rasulillah Abubakar Shiddiq mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu mush-haf dan masih sangat muda, turut pula bekerja keras, menggali tanah, memikul pasir, dan memecahkan batu. Rasulullah pernah mengatakan:
"Adapun dia itu sesungguhnya adalah anak baik!"
Rupanya oleh karena sangat lelah bekerja dan berjaga, dan hari sangat dingin, dia masuk ke dalam parit itu sampai di sana dia tertidur dan senjatanya terlepas dari tangannya.
Datang seorang pemuda lain bernama 'Ammarah bin Hazem, diambilnya senjata yang telah terjatuh itu dan disimpannya. Setelah dia terbangun dari tidurnya dilihatnya senjatanya tak ada lagi. Dia pucat terkejut dan cemas.
Maka tibalah Rasulullah di tempat itu. Setelah beliau lihat Zaid baru terbangun dari tidurnya, berkatalah beliau:
"Hai Abaa Ruqaad! (Hai Pak Penidur), engkau tertidur dan senjatamu terbang!"
Tetapi wajah beliau tidak membayangkan marah sedikit juga, sehingga Zaid bertambah takut disertai malu.
Lalu beliau melihat keliling dan berkata pula: "Siapa yang menolong menyimpan senjatanya?"
'Ammarah menjawab: "Saya yang menyimpannya, ya Rasul Allah!"
Lalu beliau suruh segera kembalikan senjata Zaid dan beliau bernasehat pula kepada 'Ammarah didengar oleh yang lain: "Saya dibuat seorang Muslim jadi cemas dengan menyembunyikan senjatanya sebagai senda gurau".
Suasana memimpin yang seperti itu adalah teladan yang baik kepada Panglima Perang yang menyerahkan tentaranya ke medan pertempuran. Beliau tahu benar bahwa Zaid itu anak baik. Tertidur karena sudah sangat lelah, bukanlah hal yang dapat dilawannya. Sambil bergurau saja beliau menegur, namun kesannya kepada Zaid besar sekali .
Kelihatan lagi sikap beliau yang patut dicontoh. Yaitu seketika Huzaifah telah selesai dari tugas berat dalam malam kelam picik dan sangat dingin diperintah menyelidiki keadaan musuh, sampai Huzaifah telah dekat kepada Abu Sufyan sendiri, sebagai yang telah diterangkan terlebih dahulu.
Huzaifah pulang dari tugas berat itu dalam keadaan malam sangat dingin dan angin sangat keras. Huzaifah menceriterakan bahwa seketika Huzaifah datang didapatinya beliau saw. tengah sembahyang.
Untuk menangkis dingin yang sangat itu, Rasulullah sembahyang berselimut dengan selimut tebal salah seorang isteri beliau.
Huzaifah datang beliau tahu. Tetapi oleh karena sembahyang beliau masih panjang dan belum selesai, ditariknya Huzaifah ke dekatnya, lalu diselimutkannya kepada Huzaifah ujung selimut yang beliau pakai sembahyang itu, sehingga Huzaifah terpelihara dari pukulan angin dan dingin.
Sembahyang beliau teruskan, dan di belakang beliau, Huzaifah mengekor menutupi dan memanaskan badannya dengan ujung selimut yang dipakai Nabi sedang sembahyang itu. Setelah selesai barulah dia menoleh kepada Huzaifah meminta berita. Setelah mendengar berita Huzaifah, maka disampaikannyalah khabar gembira kepada Huzaifah bahwa tentara yang menyerbu itu dengan persekutuannya akan gagal.
Dan besoknya setelah matahari naik, mereka melihat ke sebelah timur, jelaslah bahwa tentara besar itu telah pergi dan yang tinggal hanya bekas-bekas dari tentara yang gagal
Maka bersyukurlah Rasulullah saw. kepada Tuhan lalu membaca:
"Tidak ada tuhan, melainkan Allah, yang berdiri sendiri-Nya. Benar janji-Nya, Dia tolong hamba-Nya, Dia muliakan tentaraNya, dan Dia kalahkan sekutu-sekutu dengan sendiri-Nya. Make tidaklah ada sesuatu jua sesudah-Nya. "
Keteguhan sikap RasuIuIIah saw. itu pun adalah salah satu sebab yang utama maka kemenangan bisa dicapai. Lanjutan ayat ialah:
لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ
"Bagi barang siapa yang mengharapkan Allah dan hari Kemudian".
Yaitu sesudah di pangkaI ayat dikatakan bahwa pada diri Rasulullah itu sendiri ada hal yang akan dapat dijadikan contoh teladan bagi kamu. Yaitu bagi kamu yang beriman. Semata mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman mesti disertai pengharapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri. Inti Iman ialah harapan. Harapan akan Ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan di hari akhirat.
Kalau tidak ingat akan yang dua itu, atau kalau hidup tidak mempunyai harapan, Iman tidak ada artinya. Maka untuk mernelihara Iman dan Harapan hendaklah banyak mengingat Allah. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan:
Menurut Dr. Robert Morey :
Agama Penyembah Bulan disebut Komaruddin.
Komarun = Bulan; Dinun = Agama.