Total Views: 7141
Share :
Facebook
Twitter
Google+
Petrichor Kadung Terhirup
Menjabat rantai gerimis miris
Dibalik cermin altar teriris
Tentang rindu beranak pinak
Menyamarkan gurat dibalik gelak
,
Bila hujan makin luruh
Seluruh debu beradu syukur
Petrichor kadung terhirup
Aroma rumput basah berbaur
,
Jeruji duri memagar diri
Dari rasa meronta lari
Menyusul ribuan perih
Mengawang pilu kian terperi
,
Dibalik kaca aku bercengkrama
Dengan andai dan logika
Masihkah kerinduan kurasai
Meski gerimis tak kerap hadir
,
Kutitip pada senja jingga
Asa menguap tak sengaja
Lewat hujan dan kaca jendela
Tentang sahabat, kekasih, bumi, rumah, dan cinta
: tak harus dipaksa berbenah
by: Eliyani
Kufur
- 16/10/2012 10:46 AM
#382
Kami Hanya Milik-Nya
Ketika mentari hampir tergelincir di pusara sana
Terlihat serambi masjid di penuhi para ahli doa
Ku coba langkahkan kaki untuk menyambut panggilan-Nya
walaupun terasa masih letih, lapar dan dahaga
Langit memerah di ufuk senja
awan mengiringi tergelincirnya
saat itulah mentari kembali ke peraduannya
Hingga terlihat langit gelap tak bercahaya
Kemudian kami menunaikan kewajiban dari-Nya
penuh kekhusyukan yang tak terkira
air mata berlinang tiada terasa
Ingat selalu dosa-dosa dari masa ke masa
Pada jiwa damai kami menyapa
setitik cahaya kami meminta
dalam sesal penuh asa
karena kami hanya milik-Nya
by: M Sofyan Arif
Kertas Dosa yang Dibuang
Kemarin aku lupa nulis sepucuk surat untuk-Mu, Tuhan
Hari ini banyak curhatan yang mau ku ungkapkan
Besok aku pergi mencari jendela surga
menemukan kaitan kaitan antara dunia nyata dan barzah
Tulisan kemarin aku buang di pinggiran sungai
Agar dapat mengalir dengannya
Mengetahui hal yang dinikmati sekarang
Melupakan rasa yang ada, telah bertebaran di mana mana
Semoga Engkau menurunkan hidayah-Mu, Tuhan
Untuk membuka jendela kami kembali
Tanpa kertas yang sudah kami buang
by: Mahyuddin Noor
Kufur
- 16/10/2012 10:48 AM
#384
Patah Hati
Aku pernah mendaki gunung
Sama lelahnya ketika mengajakmu bicara cinta
Di hutan orang-orang menemukanku tersesat tak bernyawa
Tapi terjebak dihatimu,kematianku tak pernah berjasad
Hujan akan reda dan badai akan enyah
Kopi dan sepi habis berganti
Aku menguras kolam cinta disepanjang kemarau
Tapi ia tergenang dari sumber-sumber yang tak pernah kumengerti.
Semenjak jatuh cinta,
Aku banyak tersenyum
Aku banyak bertanam kata
Meski semuanya tumbuh tak bertujuan
Jalan cinta itu amatlah mudah
menemukan,menggapai lalu menggenggam
Yang sulit adalah keberadaannya
Terkadang ia menggantung disisi jurang yang mustahil
by: Roy Octara
Harga Diriku Adalah Kehormatan Mamah
Mungkin inilah dunia,,
Suka duka
Terus mengalir
Seperti air
Harga diriku
Adalah kehormatanmu
Tak ada lagi
Permintaan mu selain itu kepadaku
Tetapi lihatlah aku
Seorang anak yang penuh dosa
Yang selalu meminta dan meminta
Dan entah kenapa engkau salalu mengabulkan
Setiap detik,menit
Bahkan setiap hari
Kau tak pernah lelah
Untuk memberiku nasehat
Begitu bahagia diriku
Mempunyai mamah yang begitu cerewet
Dan beruntungnya aku
Dimata anak-anak diluar sana
Mamah kau kado terindah buatku
Kau adalah kebahagiaan dalam hidupku
Kau adalah nyawa dalam ragaku
Jangan pernah kau pergi dalam raga ini
by: Atik Susilowati
Kufur
- 16/10/2012 10:50 AM
#386
Episode Kedua
Andai takdir mempertemukan kita
Di episode kedua dalam hidupmu
Aku hanya ingin mengatakan padamu
Aku akan tetap disini mencintaimu
Dari pagi sampai pagi lagi
Sambil menghitung dengan sempurna
Tetes demi tetes air mataku yang terjatuh
Seperti kelopak mawar yang berjatuhan
Bersama harapku yang luruh
Karena ingkarmu
by: Queeny Rose
Tetanggaku yang Baik, Sering Membuatku Tertawa
kalau dia lagi romantis,
puisinya itu sangat menggugah loh.
kalau lagi katrok
beralih pada tulisan humor
ini ku dedikasikan kepadanya
karena dia bisa marah padaku
sampai tidak boleh berkomentar di tempatnya
hihihi!
ah, asyiik saja
kepentinganku menulis sambi menunggu what’s next!
rekan-rekan kerja masih sibuk di lapangan
tidak suka nonton tivi, main games dan sebagainya
kegiatan sebagai tukang-kebun dan tukang-ketik
ditambah jadi tukang-gambar
memenuhi daftar aktivitas yang mengurangi beban pikiran
sudah terbiasa… berselisih dalam tulisan dengan orang
terus, baikan lagi
yang paling lucu…
saya bercerita dengan kejadian di rumah
hari esoknya, di beranda di fesbuk
mulai menulis “esmosi”
awalnya bingung kenapa orang meniru
lama-lama terbiasa
biarkan saja, jika itu membuat senang dan bahagia
saya yang atur diriku untuk positive-thinking
yang penting, punya keyakinan…
masa depan itu bahagia, cerah dan ceria.
by: Niki Saraswati
Kufur
- 16/10/2012 10:52 AM
#388
Gerimis yang Mengundang
Di sela rinai gerimis yang renyai
Masih bisa kusibak bayangan
Engkau masih saja seperti hantu di senja menjelang
Engkau masih saja asyik berlarian
Membuat bermekaran tanyaku atasmu
Bodohnya, aku di sini masih saja memikirkanmu
by: Mila
Huruf yang Kukenal
Huruf-huruf yang kukenal dengan baik itu berbaur diantara kata, diantara kalimat, diantara paragraf, diantara tulisan di billboard, di kopaja, di metromini, di kereta, di angkot, di rumah, di hotel, di cottage, di sepanjang jalan, diantara materi yang harus kulahap habis, bahkan di novel. Huruf-huruf itu bukannya menjadi kabur tetapi malah menjadi semakin riil seolah hidup, menari, menggoda. Ah,inginnya enyah saja daripada membuatku smakin larut ke dalam huruf-huruf itu. Atau memang aku berjodoh?
by: Mila
Kufur
- 16/10/2012 10:53 AM
#390
Perubahan Menuju Kedewasaan
Kusambut pagi yang begitu dingin
Halus tiupan angin ramah menyapa saat pintu terbuka
Kulihat jalan masih basah kuyup akibat hujan tadi malam
Langitpun masih gelap diselimuti awan tebal
Kucoba tanamkan semangat walau setumpuk pekerjaan terikat di kepala
Menjalankan kwajiban adalah perihal utama
Disisi lain,
Enam bulan lagi adalah hari bersejarah selama 26 tahun menanti
Keinginan untuk menjalin biduk rumah tangga akan segera terwujud
Semoga Tuhan mengabulkan niat baik ini
Namun,
Ada potongan jarum yang terus mengganjal dalam angan-angan
Sebelah hati ingin segera niatkan janji
Dibelahan hati yang lain masih memikirkan sekilas wajah yang terhenti dua tahun yang lalu
Mengapa hingga hari ini aku masih belum bisa melupakannya secara utuh
Merelakan dirinya bersanding dengan orang lain
Tuhan,
Beri jalan terang pada hambamu
by Riawan Djack
Buku, Cinta, Pesta
Ketika buku-buku ini mulai menggantikan malam-malam kita,
maka dunia kembali seperti sedia kala,
penuh dengan tanda titik dan koma.
Tiap deret kalimatnya membangun konstruksi logika,
terkadang membuat gila.
Ah, tetap saja, buku-buku ini semakin menyiksa.
Dia tak bisa tertawa,
seperti derai tawamu yang menghilangkan kata tiba-tiba
Kalau saja mereka bukan benang rajut untuk selimut mimpi-mimpi kita,
tak sudi aku menyelingkuhimu bermalam-malam hanya untuk bergumul dengan mantra-mantra di dalamnya
Sudahlah, tak usah berpesta, tak begitu ingin aku berada di tengah-tengah mereka
Cukup bawa saja cinta yang bersemayam di matamu di akhir pekan kita
Maka dua variabel yang lain akan menjadi dua pengapit yang indah
Baiklah,
mari kita tuntaskan buku-buku ini secepatnya
atau kita bangun saja menjadi jembatan ruang dan waktu
agar kemudian kita bisa berpesta di atasnya.
Semarang, 3 Oktober 2012.
by Ina Tan Lalana
Kufur
- 16/10/2012 10:56 AM
#392
Puisi-puisi Republik Mbangmbung
mbangmbung (1)
apa kabar bung
namaku bing
aku dipanggil bang
suka bong
ditepian jalan beng
mbangmbung (2)
bang,
apakah aku terlihat sombong?
tidakkah kau ingat ketika kita mesti duduk di sebuah tombeng
sehingga kaupun merasa perlu untuk sumbing
oleh sebuah sebab dari kegembiraanmu, padahal kau sedang berkabung!
bung,
apakah kau masih suka makan daging kambing?
bagaimana jika kita pasang tambang
sambil bakar sagu di kampung tobong
di antara tarian jenaka jejaka-jejaka pembawa petaka tambeng
mbangmbung (3)
tak perlu rasanya kutumpahkan secangkir kopi disebatang rokok pada sebuah cerobong
bagiku hal itu juga akan sangat riskan jika kujadikan kisah ini hanya akibat dari sebuah sebab omongan-omongan mbambung
bukankah ketika kita merasa jiwa yang semakin membaik ini adalah berkat numpang hidup kita di dunia yang tak lebih dari sekadar nebeng?
kenapa kita mesti melupakan perjanjian kudus yang telah tertera pada sebuah catatan yang penuh dengan perbagai lambang?
apakah jiwa mesti mengalah di saat raga merontokkan dirinya pada sebuah emperan dikecuraman bayang-bayang sebuah tebing?
mbangmbung (4)
kabarku baik bung
ini cuma sibing
bagi sebuah tembang
diladang-ladang yang obong
di jejak mimpi yang tertulis pada sehelai kain rombeng
mbangmbung (5)
awan berarak-arakan
di atas barak-barak militer
disamping sepatu lars tua
ada lelaki jompo minum arak sesloki, tergeletak
sayangnya mabuknya serasa segentong, menggelepar
arak-arakan berserakan di meja makan, tergeletak menggelepar-gelepar
mbangmbung (6)
“maaf toilet ini telah tertutup untuk umum!”
dipersilahkan ke toilet berikutnya, harap perhatikan petunjuk arah di bawah sebuah pohon duren kaum republiken permbangmbungan
04.10.2012 di serambi sentul
by Arrie Boediman La Ede
Arti ”Mu”
Kutekuri arti ”mu” seperti menekuri mimpiku semalam
terbesit, sebuah penyesalan yang amat mendalam
menghantui…
Kutekuri arti ”mu” seperti menekuri hongkong pools
delapan sering menjadi enam..
enam kadang-kadang menjadi nol..
tentu saja tergantung jika blandar meridhoi..
manusia hanya bisa merumuskan..
Dan kembali hempas aku tak bisa berfikir lagi
Kembali kutekuri arti “mu”
arti “mu” seperti…
seperti sayap buat burung..
seperti duri buat ikan..
seperti tongkat buat si buta..
seperti baling-baling buat si heli..
seperti angin buat nelayan..
Duit.
by Fajar Erifin
Kufur
- 16/10/2012 10:55 AM
#394
Pemimpin Gila
Aku malu berujar dengan
dinding rapuh yang menutupi
kekerasan itu…….
Gamblang memang
bila dirimu berbicara di depan
mata-mata yang tidak mengenali mu
Manis memang
kata-kata yang terujar dari lidah mu
di depan mata-mata yang hanya memandang mu
sebagai setitik air di parit yang tidak berguna
Pemimpin…. Itu gelar yang kau sandang
dihormati dan dihargai
itu yang kau pinta
Namun…semua itu
hanya sebulir jagung yang
bila terinjak kaki dan termakan si ayam
tak berarti apa-apa
Siapapun bisa berteriak
siapapun bisa menyalahkan.
Tapi Aku…tidak sanggup melakukan yang kedua.
Maret, 2011
by Elisa Purba
Elegi Violet Inersia Estetis
Seperti biasanya yang terjadi
Sebuah pohon mulai ditebas
Dalam tebasan sang Izrail
Hingga berkurang energinya
Dan mulai meredupkan violet
Setiap elegi bersenandung disini
Tersamarkan dalam pekat bahagia
Itu sungguh sudah biasa
Seperti pasir yang tercampur emas
Masihkah kau akan tersenyum?
Ketika sosok pembunuh mendatangimu seperti biasa
Seketika itu tebasannya belum mampu mengenaimu
Hanya selangkah lagi, atau seinchi lagi
Dia mengenaimu yang rapuh
Hari ini, kau begitu sempurna
Tapi akankah sang Izrail takjub padamu?
Hingga berhenti mengejarmu
Setiap tahun, setiap detik
Menunggumu di langit
Setiap tahunnya, setiap tahunnya
Menebasmu sesekali dari langit
Meskipun kau tersenyum padanya
Bandung, 27 April 2012
by Herlangga Juniarko
Kufur
- 16/10/2012 11:58 AM
#396
PHP..oh..PHP
PHP…oh..PHP
Kenapa musti datang gitu aja secara tiba-tiba
Datang baik-baik walau disengaja atau tidak
Awalnya biasa aja
Tapi lama-lama
Kok kalau menghilang tiba-tiba jadi rindu rasanya
PHP oh PHP
Karena kamu pria dan aku wanita
Komunikasi yang terbangun seakan-akan ditafsirkan secara berbeda oleh kita
Kamu ngerasa biasa
Sementara aku cinta
PHP..oh…PHP
Bisa enggak sih terus terang aja
Kalau kamu itu nganggap aku BIASA AJA
Biar aku enggak sedikitpun punya rasa yang berbuah cinta
Ya…kamu jujur aja, kalau kamu udah ada yang punya
Dan kamu benar-benar cinta
Biar aku enggak terus-terusan gede rasa
PHP..oh..PHP
Kamu tahu
Aku selalu rindu akan cinta yang datang, meski kedatangan itu entah kapan tak menentu
Dan ketika ada kamu
Dunia seakan-akan berubah menjadi merah jambu
Karena lama kelamaan kamu menjadi pujaan hatiku
PHP…oh..PHP
Akhirnya aku tahu
Ternyata kamu
Benar-benar pemberi harapan PALSU
Gigiku seakan-akan menjadi linu
Badanku juga jadi lesu
Karena ternyata pada kenyataannya kok kamu seperti itu
PHP…oh..PHP
Aku berharap kamu enggak kayak gini ya ke wanita lain
Biarin, cukup aku aja yang ngerasain
Ngerasain, kalau ternyata kelakuan kamu kaya ikan asin
Dan..memposisikan diri sebagai pria langka yang layak dipuja kaya bensin
PHP..oh..PHP
Semoga, spesies-spesies kayak kamu ini MUSNAH aja
Biar dunia wanita enggak terus-terusan dibuat merana
Merana karena cinta yang belum pasti adanya
Karena cinta
Dicipta
Bukan untuk harapan-harapan yang tak bermakna
Balio, 3 Okt 12
by Saniatu Aini
Laki-laki Ini
Laki laki inilah semua alasan alasanku
Laki laki inilah semua kekuatanku
Laki laki inilah semua keinginanku
Laki laki inilah semua pengorbananku
Laku laki inilah keajaiban hidupku
Dan untuk laki laki ini
Semua ketakutanku
Aku ingin dia selalu dalam dekapku
Aku ingin dia selalu aman dalam tiap nafasnya
Aku ingin dia selalu merasa dicintai
Aku ingin dia selalu bahagia
Laki laki inilah getaran hatiku
Laki laki inilah denyut nadiku
Laki laki inilah yang terindah dalam hidupku.
Tuhan,
Dialah energi pagi hariku
Dialah semangatku
Dialah matahariku
Dan kuingin kamu tau
Kulakukan segalanya untuknya,
Walau tubuhku hancur
Ragaku mati
Aku tak kan pernah peduli
Karena dialah alasan hidupku
Anakku….
by Ryni Svinndal
Kufur
- 16/10/2012 12:00 PM
#398
Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana
Kau ini bagaimana,
Kau bilang aku merdeka
Kau memilihkan untukku segalana
Kau suruh aku berifikir,
Aku berfikir kau tuduh aku kafir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah,
Aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah,
Aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana,
Kau suruh aku memegang Prinsip,
Aku memegang prinsip, kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran,
Aku toleran, kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Kau suruh aku maju,
Aku mau maju, kau selingkung kakiku
Kau suruh aku bekerja,
Aku bekerja, kau ganggu aku
Kau ini bagaimana,
Kau suruh aku taqwa,
Khotbah keagamaanmu membuat aku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu,
Langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana,
Aku, kau suruh menghormati hukum,
Kebijaksanaanmu menyepelekannya
Kau suruh aku berdisiplin,
Kau mencontohkan yang lain
Kau ini bagaimana,
Kau bilang Tuhan sangat dekat,
Kau sendiri memanggil-manggil-Nya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai,
Kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana,
Aku, ku suruh aku membangun,
Aku membangun kau merusaknya
Aku, kau suruh menabung,
Aku menabung, kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana,
Kau suruh aku menggarap sawah,
Sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah,
Aku punya rumah, kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana,
Aku, kau larang berjudi,
Permainan spekulasimu makin menjdi-jadi
Aku, kau suruh bertanggung-jawab,
Kau sendiri terus berucap wallahu waklam bissawab
Kau ini bagaimana,
Kau suruh aku jujur,
Aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar,
Aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana,
Aku, kau suruh memilihmu sebagai wakilku,
Sudah kupilih, kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang selalu memikirkanku,
Aku sama saja kau merasa terganggu,
Kau ini bagaimana,
Kau bilang bicaralah,
Aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara,
Aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana,
Kau bilang kritiklah,
Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya,
Aku kasih alternatif, kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana,
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tidak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana,
Atau aku harus bagaimana
by Izjay Itu Namaku
Setelah Hijrahmu
Setelah hijrahmu
dari desa kasihku
Kemudian dirundung pilu
berselimutkan sendu
Setelah hijrahmu
menuju jauh tak tertahu
Lalu petak-petak bergersangan
Bayangan hanya angan-angan
Setelah kau tiada
dalam lingkaran mesra
Jejakmu adalah resah-resah
memori akan kisah-kisah
Setelah kau tiada
hati serasa damparan gulana
Seakan ku dihujani musnah
desaku tak riang sudah
Gugur sudah segala impian
yang sedari dulu kita berdua rajutkan
di samudera madu, dengan tetesan embun-embun
dari langit, rahmat tuk diabadikan berkurun
Termangu kini
di tepian tanah yang mati
setelah sebelumnya bersama kita garapi
Kemana kamu telah pergi?
by Hasan Al-jaizy
Kufur
- 16/10/2012 12:04 PM
#400
Sepotong Sajak: Catatan Kecil
Dalam sebuah catatan kecil tersimpan beribu rahasia:
alur cerita, keluh kesah, dan akhir sebuah kisah yang kadang tak ingin dibaca
Kadang keterasingan, kekalahan, sepi yang
menjalar, dan mungkin saja sedikit senyuman
kadang kisah yang berakhir jadi tak berarti apa-apa
Begitupun apa yang kautulis takkan bisa kauhapus
dari rangkaian kisahmu, hingga sampai saat darah
jadi tinta, namun tak ada yang jadi cinta
Kemudian jika sebuah kisah pada catatanmu telah berakhir,
tak haruslah pula kaupaksakan diri melanjutkannya dengan cerita yang sama
by Anteng Isnanto