Dear John dan Tahugoreng (hmmm...yummy..




)
Sebagian besar yg John sampaikan itu memang benar, tetapi ada yg paling mendasar dari hambatan kenapa naker Indonesia susah masuk. Nanti saya sampaikan paling akhir.
Informasi No. 12
Memang benar bahwa Filipino memiliki kemampuan bahasa Inggris (dasar) yang baik, tetapi sekarang juga banyak semi-skilled workers kita yang bisa bahasa Inggris. Perbedaannya adalah the Filipinos terkenal membentuk "serikat tolong-menolong", sementara wong kita itu masih individu. Jadi banyak orang Filipina yang saling mengabarkan ketika ada lowongan kerja, dan saat pertama kali landed, mereka menyediakan tempat sebelum ybs mandiri.
Tetapi kita jangan berkecil hati, karena bisa saja serikat tolong-menolongnya itu juga baru terlihat sekarang ini, setelah jumlah mereka banyak. Karena itu, upayakanlah supaya sedikit demi sedikit orang Indonesia datang ke Kanada. Seperti kata pepatah "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit".
Persoalan kedua adalah kesenjangan ekonomi Indonesia yang terlalu mendalam sehingga hanya orang berada saja yang sanggup membeli tiket pesawat atau menyewa lawyer imigrasi. Untuk itu semua paling tidak dibutuhkan dana sekitar $7500 (single) dan plus dana hidup untuk 3 bulan pertama sekitar $12500.
Artinya, senekat-nekatnya orang, dan seberuntung-beruntungnya dia mendapat PR dengan cepat, seorang single perlu memiliki dana $20rb (sekitar 200jt-an) Nah, dengan situasi Indonesia sekarang ini, adakah orang kalangan bawah yang memiliki duit sebesar itu? Jika dia punya, pertanyaan berikutnya, mau tidak menggunakannya untuk hal yang belum pasti memberikan hasil.
Sementara jika dari kalangan berada (yg dengan mudah memiliki Rp 200jt), situasinya terbalik, yakni keluaraga ini sudah punya usaha tertentu dan cenderung meminta anak-anaknya untuk melanjutkan usaha mereka.
Belum lagi tambahan seperti yg John sampaikan yakni : penipuan (saya tidak akan jauh bicara kesitu).
OK tadi saya di atas menyebut ada hal utama yg menjadi penghambat pengiriman Naker semi-skilled secara rombongan (seperti halnya Naker ke Korea, Taiwan dan Jepang). Hal tersebut adalah aturan tenaga kerja Kanada yang tidak memperbolehkan pemotongan gaji untuk menutupi biaya awal keberangkatan mereka ke PJTKI di Indonesia.
Nah, ini persoalan. Sementara di Asia (Timur Tengah cntohnya) hal ini tidak menjadi masalah. Sementara di sini, praktek seperti itu dapat dianggap sebagai perbudakan (slavery).
Kita sudah bertemu dengan beberapa agen tenaga kerja Kanada untuk mencari peluang kerja baut para Naker Indonesia, dan ketika sampai kepada klausula di atas, kita juga tidak bisa memberikan jawaban.
Ada ide untuk melaksanakan kontrak kerja itu dan diam-diam membayar ke PJTKI, toh Kanada tidak mungkin lacak. Persoalannya, di sini tidak ada orang yang mau mengambil resiko dengan ancaman denda $25rb/naker. Tentu saja, karena dalam hal HAM, kanada akan sangat tegas.
Hal ini yang menjadi penghambat, karena untuk tiket p.p saja orang Indonesia mayoritas susah, padahal selain itu masih ada biaya kursus untuk sertifikat (agar dapat kerja di kanada pd bidang tertentu), pemondokan, dll yang bisa mencapai $4000-an.
Ketika sebuah PJTKI memberanikan diri membuka lowongan kerja di Kanada dengan syarat menyiapkan uang $4000 di muka, maka tidak ada yang berminat. Banyak orang berpikir kalau punya uang $4000 lebih baik buka warung atau ngojek.
Sementara ketika PJTKI itu ditanya, apakah dengan mengeluarkan $4000 itu si naker akan dijamin kerja, maka PJTKI itu juga tidak bisa mengatakan 100% ya. Sebab akan ada paling tidak 3 hal yang dapat menghambat keberangkatannya:
1. Si calon Naker sebegitu bodohnya, sehingga tidak ada satu sertifikatpun yg berhasil diambil (kerja di Kanada perlu sertifikat, walau hanya sebagai tukang las. Dan sertifikat itu pun harus melalui proses penyamaan).
2. Si calon Naker sudah dapat sertifikat, tetapi saat pengajuan Visa namanya masuk dalam daftar cekal Kanada (yg kita tidak pernah tahu kenapa visa seseorang ditolak)
3. Si calon Naker sudah dapat sertifikat dan Visa, giliran ekonomi Kanada (bisa saja) sedang menurun, artinya harus menunggu dan menunggu lagi.
Karena itu tidak ada PJTKI yg berani mengatakan 100% pasti dapat kerja. Pasti ada disclaimernya.
Maka untuk menghadapi situasi seperti ini, yang mungkin dapat dipertimabngkan (dipikirkan) adalah melibatkan Bank sebagai guarantor bagi para calon Naker ini. Artinya untuk menyiasati aturan Kanada yang tidak membolehkan potong gaji, maka para calon Naker ini meminjam uang dari Bank di Indonesia dan dia mencicil saat bekerja.
Ini sih sebetulnya cuma mengakali larangan itu, kan sah saja seseorang pinjam uang dari Bank.
Tinggal pertanyaan yang harus dijawab, mau ga Bank memberikan pinjaman tanpa agunan (jaminan) selain work permitnya si naker.
Silakan didiskusikan di sini, the more input the merrier....
regards