R.T.Erdogan
- 08/07/2010 02:58 PM
#1
Quote:

Perwakilan Kongres AS, Barney Frank dan Ron Paul, telah menulis sebuah artikel di koran yang mendesak pemotongan belanja militer AS dengan tujuan menyelamatkan Amerika dari kebangkrutan.
"Mereka mulai menyadari, dan saya rasa semakin banyak orang Amerika selain dua pria ini yang mulai menyadari, bahwa kita mengalami defisit anggaran yang sangat besar, setara dengan Yunani. Ini adalah defisit 1.5 trilyun dolar per tahun yang merupakan 11% dari PDB (produk domestik bruto) kita, ini memecahkan rekor. Rekor sebelumnya adalah 5% di masa pemerintahan Ronald Reagan. Mereka harus melakukan sesuatu untuk menutup kesenjangan dan anggaran militer sudah kelewat batas selama bertahun-tahun, bahkan satu dekade sekarang," ujar Ivan Eland, peneliti di Independent Institute di Washington.
Eland berpendapat bahwa belanja militer besar-besaran AS dimulai setelah Presiden Harry Truman membangun industri pertahanan permanen menyusul Perang Dunia II. Industri ini mulai tersusun selama bertahun-tahun untuk mencakup upaya lobi besar-besaran yang bertujuan memperluas imperium dunia AS.
Upaya lobi itu termasuk aksi kebijakan luar negeri yang didorong individu, bisnis, kontraktor pertahanan, dan lainnya untuk peningkatan keamanan.
"Saya rasa imperium ini mengurangi keamanan bagi mereka yang paling penting, yaitu warga negara AS. Maksud saya, kita mendapat serangan balik terorisme dari Osama bin Laden dan Al Qaeda hanya karena menduduki tanah Muslim dan ikut campur dalam pemerintahan Arab," ujar Eland.
Dia mendebat bahwa AS bisa lebih aman dan efektif secara biaya jika mereka mengurangi imperium luar negeri. Tidak ada alasan untuk meneruskan kebijakan luar negeri Perang Dingin karena "kita sudah tidak memerlukannya lagi." Eland mengatakan bahwa AS perlu lebih berhati-hati pada siapa komitmen keamanannya diberikan.
AS secara tradisional adalah sebuah negara anti-militerisasi. Tapi, dalam tahun-tahun belakangan ini AS semakin meningkatkan dorongannya ke arah kekuatan militer.
"Hal yang sama terjadi pada Roma dan imperium lain. Apa yang biasanya terjadi pada imperium adalah mereka menjadi termiliterisasi di akhir jalan mereka dan kemudian runtuh atau mengecil karena tidak mampu membiayai imperiumnya," ujar Eland.
Eland berkata bahwa Obama akan harus mengurangi anggaran militer, mengurangi pengeluaran dan kemungkinan besar akan harus menaikkan pajak.
Brian Becker dari ANSWER Coalition mengatakan bahwa AS adalah sebuah negara perang dan tidak akan memotong belanja militernya. Satu dari dua anggaran militer yang dihabiskan di dunia dihabiskan oleh AS dan para pemimpin AS meloloskan anggaran perang dengan suara persetujuan yang hampir mutlak.
"AS kecanduan militerisme. Ia kecanduan belanja perang dan keuntungan perang," ujar Becker.
Dia mengatakan bahwa Obama akan mempertahankan pengeluarannya untuk perang. Obama sebenarnya sudah meningkatkan belanja militernya dibandingkan dengan mantan Presiden George W. Bush. Dia sudah berusaha mengembalikan citra Amerika di luar negeri, tapi kebijakannya hampir tidak berbeda dari kebijakan Bush, menjadikan perbaikan citra semakin menantang.
"Kita menghadapi situasi yang serupa dengan apa yang terjadi pada Imperium Roma. Roma tahu bahwa anggaran militer yang membengkak, ekspansinya yang kelewatan, telah menguras mereka tapi mereka tidak bisa mundur karena sebagai sebuah imperium Roma bergantung pada kekuatan militer. Saya rasa kita memiliki dinamika kekuasaan yang sama di sini," ujar Becker.
Paul Craig Roberts, mantan Wakil Menteri Keuangan di bawah pemerintahan Reagan, juga berargumen bahwa Obama tidak akan mungkin mengurangi belanja militer.
"Sebelum mereka memotong belanja militer mereka hanya akan menyita apa yang tersisa dari dana pensiun pribadi warga Amerika untuk membiayainya atau mereka akan memerlukan pengelola dana pensiun untuk menggunakan dana yang mereka kelola untuk membelikan pemerintah obligasi guna membiayai pemerintahan," ujar Roberts.
Roberts mengatakan bahwa AS adalah negara paling berhutang di dunia dan berada dalam keadaan yang lebih buruk daripada Yunani.
AS goes to bankrupt