wah udh ketinggalan 2 update aj
ternyata udh jadian toh sama si Echi
smoga langgeng deh yaa...
Gan update lg dong gan,penasaran ane gan

cepet update ya gan
penasaran nih
agak2 serem tp ceritanya
bikin bulu kuduk meringding
kelar juga bacanya

si oom ini keren ceritanya
pertama...cerita ini bagus cara nyeritainnya..gue bisa nikmatin alurnya
kedua...cerita ini misterius (ato misteri ??) daya tarik tersendiri

ketiga..part 9 kok berasa mistis ya
keempat...duduk nunggu update
wah wah terimakasih atas respon positif yg kalian berikan
btw gw selaku TS mau minta maaf atas "tindakan kurang menyenangkan" yg gw tunjukkan di awal penulisan thread ini
mungkin gw kelewat tegas kali yaa
selamat menikmati aja deh
Part 10
"tok tok tok!"
ketukan di pintu membangunkan gue dari tidur. ketukannya makin cepat terdengar dan hampir saja pintu roboh kalau gue nggak cepat-cepat membukanya.
"apaan sih lo Ndra?" gue mendengus begitu tau yg mengetuk pintu adalah Indra. "masih pagi juga udah gedor-gedor kamer orang."
"ini kan kamer gue?"
"iya iya. gue ulangi deh, ngapain pagi-pagi gedor kamer elo?"
"buruan pake pakean lo!" kata Indra tetap berdiri di tempatnya.
"ada apaan emang?"
"sms gue masuk nggak sih??"
gue cek hp yg masih tersambung dg charger. di layarnya terdapat pemberitahuan memori pesan penuh. maka gue segera hapus semua pesan di inbox dan satu pesan baru dari nomor Indra langsung masuk.
'Echi kecelakaan. dia dirawat di RS Dewi S*i. nanti gue jelaskan lagi, ketemu di sana aja.'
"maksudnya apaan nih?" tubuh gue bergetar cukup hebat. gue berharap yg gue baca ini hanya sms lelucon.
"tadinya gue mau kita ketemu di sana, tapi gue sms elo kok nggak masuk-masuk ya jadi gue pastikan aja ke sini."
"lo becanda kan?"
"gue tau batasan-batasan becanda Ri. ini serius! semalam gue dapet kabar dari family nya Echi, gue kenal baik keluarganya dan mereka tau gue juga ada di karawang yaa jadi mereka ngehubungin temen terdekatnya Echi yaitu gue."
"terus gimana keadaan Echi sekarang??"
Indra menarik nafas berat.
"dia lagi sekarat. kepalanya mengalami pendarahan hebat, itu yg gue denger dari kakaknya yg ngehubungin gue."
"kok bisa? emang gimana kronologinya?"
"yaah...katanya sih Echi lagi nyebrang mau ke mini market gitu, tanpa dia tahu dari arah kanan ada motor yg melaju kencang dan terjadilah tabrakan maut itu. sayangnya pelaku penabrakan itu kabur."
seketika darah dalam tubuh gue memanas. tulang-tulang gue seolah lemas. gue terduduk dalam diam.
"bukannya lebih baik sekarang kita pastikan keadaannya di rumah sakit?"
gue mengangguk. maka setelah merapikan diri seperlunya gue dan Indra bergegas turun keluar.
"lo napa Ndra?" tanya gue melihat Indra berjalan agak tertatih di belakang gue.
"udah sejak tiga hari yg lalu, gue kecelakaan kerja di pabrik. kebentur mesin gitu."
"ya udah gue aja yg bawa motornya," gue berjalan ke tempat parkir. "motor lo mana Dul?"
"tuh yg Sup*a item. gue lagi pake punya cewek gue. motor gue lagi turun mesin di bengkel kemaren."
dan berangkatlah kami berdua menuju rumah sakit tempat Echi dilarikan. saat itu fajar baru menyingsing tapi gue abaikan rasa dingin yg menusuk sekujur tulang dalam tubuh. kami memacu menembus kabut yg memang masih kerap muncul di pagi hari di karawang. gue nggak peduli. seperti yg gue bilang semalam pada Echi, gue akan lakukan apapun untuknya...
-----
ahh.....rasanya sangat sakit. teramat sangat sakit melihat tubuhnya terkapar tak berdaya. dengan nafas masih tercekat di kerongkongan gue cuma bisa terdiam merelakan mobil ambulans yg membawa tubuhnya berlalu dari tempat ini.
"sabar yah Ri..." Indra menepuk bahu gue pelan. "gue tau yg lo rasain saat ini."
entah sudah berapa lama gue menangis. waktu berjalan sangat lambat.
pagi tadi, gue datang saat tim dokter menyatakan menyerah. pendarahan di kepala Echi begitu hebat sehingga nyawanya tidak tertolong lagi. keluarga Echi memutuskan untuk memakamkan jasadnya di kota kelahirannya Surabaya.
nggak perlu bertanya bagaimana rasanya kehilangan orang yg kita sayang dengan begitu tiba-tiba. samasekali nggak pernah terfikir tentang kepergiannya ini. gue dan Echi sedang dalam hubungan yg harmonis dan mulai membicarakan hal serius tentang hubungan kami. tapi kini semua itu tinggal lalu. menyisakan setitik perih yg mengendap di hati.
menurut info yg gue dapat, Echi mengalami kecelakaan naas itu sekitar jam delapan malam.
"nggak mungkin!" gue masih mencari titik lemah kenyataan di hadapan gue. "semalem itu Echi ke sini. gue dan dia berdiri di sini! kita malah pelukan gitu!" gue menunjuk tembok beranda dimana semalam gue yakin gue berdiri di samping Echi.
"Ri, Echi itu ketabrak jam delapan. terus dilarikan ke rumah sakit jam setengah sembilan..kan lo liat sendiri jam masuknya tadi." Indra mencoba menjelaskan.
"terus kalo gitu yg semalem ngobrol sama gue siapa Ndra??" suara gue meninggi diiringi airmata yg jatuh. "yg gue peluk itu siapa??? lo mau bilang kalo itu setan lagi?!!"
Indra diam. dia nggak berani mengkonfrontir gue. dia lagi-lagi menepuk bahu gue mencoba menenangkan emosi yg tengah mengurung gue.
"gue tau lo sayang banget sama Echi, dia juga sayang sama lo. dia selalu cerita ke gue kalo dia tuh pengen lo jadi yg terakhir buatnya."
Indra diam. gue masih sesenggukan menangis.
"gue nggak bilang yg semalem itu setan atau apa lah itu..tapi gue yakin, kehadiran Echi waktu itu karena dia pengen ada di samping lo menjelang saat terakhirnya. mungkin itu semacam ucapan perpisahan buat lo."
sms itu! gue ingat sms terakhir dari Echi. segera gue cek hp. tapi gue terhenyak, karena tadi pagi gue menghapus semua inbox di hp gue. dan dalam terapi kejut itu, mendadak gue rasa semuanya menjadi gelap....
Wah ceritanya jd mengaharukan d part 10 gan..
Nunggu updatenya lg gaan
wah udh update aj..
jd yg semalem sama om ari itu sapa??
kembali lagi gue akan berkata...untuk kesekian kalinya gue baca SFTH
"Udah gue duga bakalan begini jadinya"
errr perkiraan gue meleset dikit sh..gue kira si echi udah meninggal pas malemnya..hmm makanya fenomena poltergeist itu berasa familiar..orang itu muncul dengan wajah sedih..dan dingin..mungkin yg lupa cuma pucat..dalam cerita lu ada tambahn bau lumpur ya...karena begitulah kondisi terakhirnya dia
klo ini bner2 terjadi....yah lu punya bukti betapa dia gak ingin ninggalin lu sebenernya..cuma dia harus pergi..n final wish nya dia adalah ktemu lu sekali lagi
nice sad story...


turut berduka bro buat Echi...
udah mondar mandir trit ini g d update2
Quote:
Original Posted By
ruma4ever ►udah mondar mandir trit ini g d update2

kan udah ane update d halaman sebelom ini
Part 11
N 6689 M
gue pandangi coretan di kertas kecil di tangan gue. sudah dua hari ini gue sering menatap berlama-lama deretan angka itu meski tanpa hasil apapun. dua hari yg lalu saat gue ke kantor Polsek gue mendapat informasi tentang identitas pelaku tabrak lari Echi. salahsatu saksi berhasil menghafal plat nomor sepeda motor yg melarikan diri itu.
sebuah sepeda motor Me*a P*o berplat nomor N 6689 M. untuk identitas pelakunya, sayang belum ada kejelasan karena saat kejadian si pelaku menggunakan helm full face dan jaket kulit serta celana jeans hitam sehingga cukup menutup ciri-ciri fisiknya. yg pasti dia memiliki tinggi badan se Indra lah..lumayan tinggi. pihak Polisi sedang melacak keberadaan kendaraan asal kota Malang itu (huruf N adalah kode nopol Malang).
hal ini juga menjadi ironi sendiri buat gue. dimanapun gue berada, setiap gue melihat sepeda motor melintas gue jadi selalu tertarik untuk memperhatikan plat nomornya. siapa tau si pelaku kebetulan lewat di depan gue, kan bisa langsung gue hajar tuh orang. tapi gue jadi nggak tenang. gue selalu merasa si pelaku bisa muncul kapan saja, maka sekali gue lengah gue akan kehilangan dia. dan sore ini gue duduk di tembok balkon kamar gue memandang kendaraan yg lalu lalang di bawah. entah sudah berapa ratus kali gue membaca plat nomor kendaraan yg gw lihat sejak mendapatkan informasi dari Polisi.
"berdoa aja semoga si pelaku lewat terus nyapa lo," kata Indra yg tiba-tiba muncul di belakang gue sambil menenteng gitar.
gue tersenyum kecut.
"ayolah bro...almarhum Echi udah tenang di sana. jangan bikin dia sedih dengan tangisan kita," Indra coba menghibur.
"lo nggak tau sih gimana rasanya.." sahut gue lirih tanpa menoleh ke arahnya.
"oke gue gak tau gimana rasanya kehilangan pacar dg cara seperti ini, tapi gue tau rasanya kehilangan sahabat," Indra duduk di sisi lain tembok. "waktu sekolah dulu gue emang nggak terlalu deket sama Echi, malah lebih cocok disebut Tom and Jerry daripada sahabat. tapi gue beruntung sekolah di Surabaya, gue jadi kenal sama dia."
"emang lo aslinya darimana?"
"gue lahir dan tumbuh di Sidoarjo. tapi pas SMA gue ikut Pakde gue di Surabaya sampe lulus kuliah, baru kerja di sini."
"wah selama ini gue kira lo arek-arek Surabaya asli."
"weleh weleh...koe nang endi wae toh le...le...." dia geleng kepala lalu tertawa.
"kaki lo gimana, udah sembuh?"
"yaah lumayan lah udah bisa lari sedikit sedikit."
gue kembali diam melamun. pikiran gue menerawang membayangkan Echi lagi. ah, betapa sakitnya rasa ini. gue akan membalasnya Chi, begitu gue ketemu pelaku tabrakan itu, gue akan membalaskannya! gue bersumpah gue akan buat perhitungan dengan dia!! bukankah hutang nyawa harus dibayar nyawa juga???
"kadang nggak semua pembunuh itu dihukum mati," kata Indra seolah bisa membaca yg ada di pikiran gue saat ini. "hutang nyawa memang layak dibalas nyawa, tapi bukan kita yg pantas membalasnya. ada yg lebih berwenang menentukan balasan yg tepat. kalau dirasa balasan dari lembaga hukum kurang memuaskan, kita selalu punya Tuhan sebagai harapan. Dia yg tau segalanya."
gue diam mendengarkan advice nya itu. kalau saja bukan seorang sahabat baik yg bicara, sudah pasti gue akan tolak mentah-mentah paradigma nya tentang hukuman Tuhan. gue yakin sore ini akan jadi debat yg menyenangkan. tapi gue menghormati Indra. pikiran gue lagi keruh, gue nggak mau menambah keruh lagi dengan debat kusir yg sia-sia.
dua minggu sudah berlalu sejak kecelakaan naas itu. dan Indra kerap men support gue supaya cepat bangkit dari keterpurukan karena kehilangan Echi. gue tau dia pasti iba melihat gue yg akhir-akhir ini jadi pemurung. he's my best friend. thanks guys gue nggak tau apa jadinya gue tanpa elo, mungkin gue udah nyusul Echi kali yaa...
"pinjem pick punya elo dong Ri," suara Indra membuyarkan lamunan gue.
"lah..bukannya lo punya pick kesayangan yg selalu lo bawa kemana-mana itu?"
Indra memang punya sebuah pick bertandatangan Ahmad Dhani personil grup band Dewa19. pick itu didapatnya waktu masih aktif di fans club nya Dewa19 semasa kuliah dulu. sekedar info, Indra memang fans berat sama grup band itu.
"gue lupa naro dimana. lo punya kan? gue nggak biasa gitaran pake jari doang."
gue merogoh saku jeans dan mengeluarkan sebuah pick berwarna orange. pick murahan yg gue beli di toko pinggir jalan. Indra mengambilnya dan kemudian mulai memetik gitar di tangannya.
gue pikir gue akan menghabiskan sore itu dengan mendengarkan Indra bernyanyi, tapi kami sama-sama terdiam saat mendengar suara itu.
"suara cewek nangis!" kata Indra.
"dari kamar itu," gue menunjuk kamar seberang. kamar wanita berkaos kaki hitam..
suaranya jelas. bukan hanya desiran angin, tapi benar-benar nyata seperti yg pernah gue dengar. gue beranikan diri mendekat dan mengetuk pintunya.
"Ri, itu..." Indra menunjuk bawah kaki gue.
dari celah sempit di bawah pintu kamar, ada sesuatu keluar mengalir. cairan berwarna merah. merah pekat dan kental...
DARAH.....!!!!!
maskin seru n serem aja gan

d tunggu update an nya trus gan
Wah baca updateannya malah makin penasaran nih gan

Siapakah sbnernya wanita itu?

eaaa makin miterius aja nh cerita

kudu nungu update biar gak penasaran
B&B
- 17/10/2010 03:39 PM
#78
Numpang ijin nyimak ya, oomm
penasaran... penasaran.... ceritanya bikin penasaran...
part 11 nya ditunggu ya...
wouw makin penasaran sama ini cerita..
berasa baca novel horor
keep writing TS !!
bantu rate gan ditunggu updatenya :thumbup