Quote:
Original Posted By
zeth ►Yang menulis di wiki tersebut siapa?..bukankah semua orang bisa menulis di wiki.
Umpama ada yg nulis bahwa Rontal atau Lontar adalah Made In Hongkong pun bisa,kok.
Yang jadi pertanyaan; Apakah sumber dari Wiki itu bisa di percaya semuanya???
Quote:
Original Posted By
andrea7 ►
Kesimpulan (sementara) mengenai rontal dan lontar : sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Mas Zeth tentang rontal (masih berupa bahan) dan lontar (sudah terdapat catatan)
Quote:
Original Posted By
ccck ►klo pake wiki juga terlihat bahwa uraian mas Zeth sudah tepat
itu dengan banyak contoh2 lontar dari luar daerah, memang pengertian yang ada bahwa jika belum ditulis maka disebut rontal sedangkan jika telah ditulis maka disebut lontar
sepertinya yang ini tidak usah dipermasalahkan lagi

Yang penting bukan siapa yang nulis gan... kebenaran dan hal2 otentik bisa berasal dari siapa saja. Sumber dari wiki memang tidak selalu benar dan bisa di percaya. Tpi gmna kita bisa tau klo tak di uji dan digali lebih dalam lgi.
Yang ingin saya jelaskan disini adalah istilah atau rontal itu sendiri adalah apa.
Terlepas itu berubah menjadi lontar, yang artinya disini telah terjadi perubahan makna, yang membuat orang2 sekarang berpikir bahwa daun yang digunakan adalah daun dari sebuah pohon yang namanya lontar.
Quote:
Original Posted By
zeth ►Siapa bilang data2 yang saya sampaikan itu dari belanda sumbernya? Emangnya tulisan2 saya, bantahan2 saya hanya bersumber pada 1 buku? Semua orang yang mempelajari sejarah akan tahu,bahwa [b]yang namanya bahasa Sanskerta itu ya yang bertuliskan huruf Pallawa,gan
HANACARAKA itu masuknya ke Jawa Kawi.
Saya yg bilang gan...


Kan sudah saya katakan sebelumnya banyak yang telah diputarbalikkan oleh Belanda. Mau dari sejuta buku yang menjadi sumber agan zeth, tpi klo bermuara semuanya ke hal2 yg tidak otentik yg berasal dari pihak yang ingin melepas Nusantara dari budaya dan pengetahuan adiluhung nya , tetap saja akan menjadi hal yang konyol untuk dipelajari.
Bahasa nya tetap sansekerta, tetapi aksara tulisannya (pallawa nya) telah banyak berubah menurut periode zamannya masing2.
Mohon dikunjungin gan thread saya yang ini :
(hehehe... thread nya blom jdi gan. waktu saya masih blom sempat untuk nyelesaiin thread ini. Saya janji besok thread ini akan kelar)
Quote:
Original Posted By
andrea7 ►
pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Anda juga menggunakan literatur, bukan secara "tidak konvensional", di sini ada 2 hal yang meragukan :
a. keaslian dan keabsahan literatur yang dijadikan acuan
b. Pemberian keterangan secara tidak konsisten.
Silahkan memberikan tanggapan atas hal tersebut di atas, apabila dikatakan sama-sama literatur asli, kenapa isinya berbeda?
Saya membicarakan hal2 ini pastinya punya literatur gan, mungkin yang tidak agan pahami adalah arti dari "metode tidak konvensional" yang saya sampaikan.
Semuanya literatur asli gan, hanya bedanya literatur saya berasal dari para leluhur yang boleh dikatakan yang mempunyai jagad arcapada ini.
Sedangkan literatur agan2 berasal dari manusia2 bodoh yang berpikir bisa menenggelamkan keluhuran Nusantara ini.
Quote:
Original Posted By
andrea7 ►
Dengan definisi seperti di atas, masih dapatkah data dan bukti "tidak konvensional" Anda dikatakan sebagai data dan bukti empiris?
BAGIAN 5
Satu hal lagi, saya pribadi, sama sekali tidak menganggap ini sebuah lelucon, bahkan tidak lucu sama sekali.
Jadi tolong segala diskusi ini dapat diterima sebagai perbandingan (pengujian) atas hipotesa yang rekan-rekan Turangga Seta ajukan. "Perbandingan ini akan menghasilkan informasi ilmiah baru, yaitu apakah hipotesa diterima atau ditolak." (Singarimbun, M., Effendi, S., 1982, Metode Penelitian Survai,Penerbit LP3ES, Jakarta.)
Quote:
Original Posted By
silaent ►Bagaimana anda bisa memahami dan mau menyelami apa yg kami dapatkan kemudian itu semua terserah anda.
Tapi dengan cara kami yang sangat "tidak konvensional" tersebut terus menuntun kami untuk mendapatkan data2 dan bukti empiris yang lain.
Tolong dipahami gan sekali lagi soal "metode tidak konvensional" .
Karena dengan metode itu di dapatlah bukti2 empiris (yg artinya empiris disini sesuai KBBI seperti anda sampaikan).
Quote:
Original Posted By
zeth ►Gan..belanda memakai sistim yang lebih praktis, yaitu "Devide Et Impera". Dengan sistim itu bangsa kita sudah main bunuh2an satu dengan lainnya. Dan kalau keterusan, sejarah bangsa kitapun akan musnah dengan sendirinya. Ngapain susah2 merubah sejarah segala?
Lihat saja contohnya di Aceh. Hanya dengan 1 orang saja, yaitu snouck hurgronje..Aceh pun tertaklukkan.
Pemikiran njlimet seperti itu (merubah sejarah,belanda bikin prasasti,dll) adalah sama sekali tidak praktis..dan hanya pemikiran yang sekarang lagi marak di Indonesia.
Belanda sudah menjajah Nusantara dan merasa sudah memiliki Nusantara..nyatanya Belanda membangun Infra Struktur di Indonesia. Karena apa?..tentu saja karena belanda mikir, mereka akan memiliki nusantara selamanya (belanda tidak memiliki ilmu trawangan,jadi tidak mengira Jepang akan masuk setelah merajai Asia)
Quote:
Original Posted By
silaent ►Untuk menemukan kebenaran yang sangat presisi sudah tidak ada cara lain bung. Karena memang sastra2 kita dan peninggalan sejarah kita banyak yang telah di bumi hanguskan.
Hal ini bertujuan supaya kita tidak bisa lagi mengetahui bagaimana dulu para eyang luhur kita bisa menaklukkan 2/3 belahan bumi ini.
Yang di bold itu salah satu tujuan Belanda mengubah sejarah kita.
Dan tujuan paling besarnya adalah yang di bold merah.
Eyang-eyang kita bukan golongan manusia biasa gan. Beliau2 tak akan membiarkan bangsa bekas budaknya ingin memutarbalikkan keadaan, dan melepas rahasia adiluhung tersebut diketahui bukan oleh para putra wayah nya.
Belanda tak hanya ingin memiliki Nusantara ini, yang dia perlukan lebih lagi adalah rahasia adiluhung tersebut.
Dan kasihan sekali mereka yahhh... tak memiliki ilmu terawangan seperti leluhur bangsa ini...

Manusia zaman sekarang memang lebih suka yang praktis gan...
Berpikirlah sederhana tapi hindari berpikir praktis.
Quote:
Original Posted By
zeth ►Nama Bambang itu adalah era Jawa Islam,gan..setelah ada Kesultanan Mataran Islam. Dan gelar Sri Baduga Bambang....... adalah gelar rekayasa anda..karena Sri Baduga adalah gelar raja untuk daerah Sunda. Sedangkan Bambang adalah sebutan asli Jawa.
Sampai sekarangpun tidak ada panamaan Bambang dalam masyarakat Sunda.
Setelah Brawijaya V, yang meneruskan adalah bukan anak lagi. Disini teori anda bahwa Bra = Anak dari..adalah tidak terbukti.
Quote:
Original Posted By
silaent ►Contoh Bre yg awalnya berarti "keponakan dari" dan dijadikan gelar keprabuan:
Sri Baduga Bambang Bremana dan anak beliau Sri Baduga Bambang Bremani yang merupakan kakek serta ayah dari Suryakencana.
Contoh Bra yg awalnya berarti "anak dari" dan dijadikan gelar keprabuan:
Maha Prabu Brawijaya I - IX
Kenapa dijadikan gelar keprabuan adalah untuk menunjukkan periode keberlangsungan pemerintahan.
Anda berpendapat ini rekayasa saya karena para pembuat literatur yang anda konsumsi tidak dapat melacak periode zaman pada saat nama2 Beliau2 yg saya sebut diatas memerintah.
Quote:
Original Posted By
ccck ►
di Bali banyak 'pahatan' yang masuk kedalam, jadi itu buatan Belanda ya bang???
tapi umurnya ketika dihitung pake metode ilmiah kok jauh sebelum Belanda datang ya???
mohon diteliti ulang lagi aza gan, lakukan cek umur dengan radiometri untuk lebih meyakinkan agan...

Quote:
Original Posted By
ccck ►saya nongolkan dimari ya bang
sesuai dengan apa yang abang tulis di depan;
jadi yang diatas ini termasuk jenis aksara yang mana ya bang???
trus yang diatas itu terdapat di daerah mana???
untuk jenis aksaranya cek sendiri aza gan ke link ini :


(hehehe... thread nya blom jdi gan. waktu saya masih blom sempat untuk nyelesaiin thread ini. Saya janji besok thread ini akan kelar)
Tapi klo mau lebih gampangnya tulisan itu berbunyi : HASTINAPURA NAGARI
Letak bukti empiris itu masih di pulau jawa gan...

Demikian penjelasan sementara dari saya, untuk yang belum saya tanggapin mohon saya diberikan saya waktu lagi besok2 gan....

