Maaf telat mbales, kelamaan di forum sebelah jadi kaskus ditelantarkan
Quote:
Original Posted By
shadowwww ►woww... keren tuh...
klo uda jadi gw request dong si appa, banteng terbangnya

btw modeling waxnya itu bisa diperoleh dmn? apa sama dgn dempul/putty yg dipake buat ngilangin garis2 plastik mokit?
Appa...busyet, bisa jadi gede banget tuh figur.
Modeling wax masih dalam tahap pengetesan dan produksi awal. Nanti kalau mau silahakan hubungi aku aja (karena aku yang mbuat hehehehe). Modeling wax lebih mirip lilin mainan yang extra super keras dan butuh panas untuk melunakkannya. Tidak bisa di cat, jadi figur yang dibuat harus dicetak ke bahan lain (resin misalnya).
>Nuo2x2 Dalam perencanaan bro. Nanti kalo ada kabar... paling gw kagak bisa kasih tahu hehehe...
Soal harga patung lokal:
Saya sih tidak begitu bermasalah kalau figur lokal harganya ikut lokal, tapi tidak berarti harganya harus murah abis.
Coba dipikirkan kembali bahwa untuk membuat satu karya itu dibutuhkan waktu, tenaga, dan keterampilan dan pengalaman yang tidak semua orang bisa mengerjakannya. Dari pengalaman pribadi, rata-rata pengerjaan untuk sebuah figur 6 inchi memakan waktu 2 pekan, tiap hari kerja sekitar 6 jam, termasuk hari sabtu dan ahad (orang 'kantoran' aja ada libur hehehe). Itu baru jadi purwarupa aja. Pembuatan cetakan butuh waktu sekitar 2 hari. belum mencetak dengan resin dan tahap pengecatan. Anggap saja seniman kita bisa memproduksi 30 patung dan dijual dengan harga 150rb per buah dalam satu bulan. Maka total pendapatannya (apabila semua terjual)= 4,5 juta. Apa itu uang yang banyak? mungkin tapi pertimbangkan juga bahan, dan biaya overhead seperti makan, transport, alat, listrik, dll. Margin keuntungan dari 'bisnis' ini sangat kecil. Paling tidak bisa dipergunakan untuk modal bikin figur selanjutnya. Mungkin ada yang bilang, "Kan udah bikin cetakan. Nanti tinggal cetak aja lebih banyak!" seandainya bisa begitu. Bahan cetakan biasanya terbuat dari silikon, dan silikon ini punya 'umur' yang berkurang tiap kali dibakai sebagai cetakan. Setelah 50an cetak, hasil cetakan tidak akan sebaik cetakan pertama. Setelah itu harus bikin cetakan baru. Ini kalau pake skenario terbaik, di 'sono' aja biasanya bisa ngejual 30 kit aja udah alhamdulillah banget.
Menurut saya membandingkan patung yang lokal dengan mainan 'toko' seperti Marvel legends itu sangat tidak tepat. Kenapa tidak dibandingkan dengan patung Bowen misalnya.
Kalau melihat kualitas, saya kira patung lokal tidak kalah bagus dengan patung sekelas bowen. Kalau kolektor bisa beli patung bowen yang harganya 300rb+ kenapa mendukung seniman lokal kok masih pikir-pikir. Hal sama juga terlihat pada figurin Jepang. Ada kolektor yang rela beli figurin 1,5 jt yang dibuat massal, tapi masih nawar sadis (300rb!) ketika minta dibuatkan figur custom, yang cuman dia doang yang akan punya. Sepertinya masalahnya adalah masih banyak orang Indonesia yang menganggap barang lokal itu inferior dibanding barang luar. Apresiasi terhadap produk lokal masih kurang. Mental seperti ini yang harus dibenahi.
Maaf aja kalau ada kata-kata yang menyinggung. Saya hanya mengutarakan pendapat dari apa yang saya perhatikan di lingkungan dan dari pengalaman pribadi.